Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, Pauzal Bahri (30) terbangun dengan rasa sakit di sekujur badan. Ia baru sadar, dirinya tengah terbaring di sebuah ruangan di rumah sakit. Nyeri tak kunjung hilang, terutama di kaki kirinya.
Pauzal tak ingat detil kejadian yang telah menimpanya. Bagian hippocampus di otaknya hanya mampu mengingat secuil peristiwa saat dirinya hendak berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor.
Baca Juga
Dalam perjalanan ke kampus, Pauzal mengalami kecelakaan. Tubuhnya penuh luka. Bagian paling parah adalah kaki kirinya. Beruntung, Pauzal tak tewas di tempat. Ia hanya tak sadarkan diri dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Advertisement
Peristiwa nahas itu terjadi 2005 lampau.
Waktu berlalu, namun kondisi Pauzal tak kunjung membaik. Walhasil, kaki kirinya harus diamputasi lantaran alasan medis. “Tahun 2006 kaki saya diamputasi,” Pauzal berkisah kepada Journal Liputan6.com, Senin, 27 Maret 2017.
Bukan hal mudah buat Pauzal menerima nasib nahas ini. Apalagi, dia masih berusia 20 tahun, masih berstatus mahasiswa di sebuah perguruan tinggi.
Pauzal terpuruk. Ia menutup diri, tak mau berkomunikasi dengan orang banyak. Ia merasa dikutuk karena aktivitasnya tak bisa jauh dari duduk. “Kerjaan saya hanya nonton televisi, makan, tidur,” Pauzal mengisahkan.
Hingga suatu hari, Pauzal tersadar bahwa 13 bulan berlalu tanpa arti. Yang melecut ia dengan kesadaran itu bukan nasihat orangtua, keluarga, atau teman-temannya, melainkan sebuah tayangan film kartun Tom & Jerry di televisi. Di episode kartun itu dikisahkan Tom berjalan dengan kaki palsu yang dibikin dari pipa paralon.
“Dari situ saya terinspirasi,” ucap Pauzal.
Dia bertekad dapat kembali berjalan seperti orang normal. Langsung saja Pauzal memulai eksperimen pertamanya.
Selama berhari-hari ia menghabiskan waktu di kamar. Ia mencoba merakit kaki palsu dengan pipa paralon dan kayu. Ternyata, itu tak mudah dilakukan. Butuh usaha ekstra, kesabaran, ditambah kemauan yang kuat untuk terus mencoba. “Berbekal keinginan yang sangat besar, saya bereksperimen dengan paralon itu,” Pauzal mengungkapkan.
Saking getolnya Pauzal merakit kaki palsu, dia mengurung diri di dalam kamar. Orangtuanya sampai was-was. Bahkan, sempat mengira dia terganggu jiwanya.
Pauzal tak ambil pusing. Dia fokus mewujudkan tekadnya. Sepekan berselang, dia pun mulai menjajal kaki buatannya.
Meski semula dia tak begitu yakin akan berhasil, ternyata kaki baru Pauzal berfungsi dengan baik. Pauzal dapat kembali berjalan normal, bahkan juga mengendarai sepeda motor.
Tak berhenti sampai di situ, Pauzal yang kini menjadi petani cabai terus bereksperimen. Kini dia tidak lagi menggunakan pipa paralon dan fiber sebagai bahan kaki palsunya. Dia mulai pindah menggunakan serabut kelapa. Alasannya sederhana, serabut kelapa lebih kuat, ringan, dan mudah dibentuk. Sehingga, dia bisa dengan mudah menggunakan kaki palsu dari serabut tersebut untuk bekerja di ladang.
“Alhamdulillah, lebih enteng...,” kata Pauzal.