Liputan6.com, Jakarta - Proses penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta memasuki babak akhir. Tiga hari jelang pencoblosan pada 19 April 2017, Jakarta akan kembali menata kota usai disesaki beragam corak atribut kampanye.
Masa adem tersebut akan berlangsung mulai Minggu 16 April hingga Selasa 18 April 2017. Pada momen selama tiga hari ini, Ibu Kota akan diselimuti hawa tenang dari hiruk pikuk kampanye pada ajang demokrasi lima tahunan tersebut.
Suasana Jakarta sebelumnya agak menyengat sejak kampanye Pilkada DKI digelar pada 7 Maret hingga 15 April 2017. Beragam isu digulirkan dari kedua pihak untuk menaikkan maupun menjatuhkan elektabilitas masing-masing pasangan calon.
Advertisement
Pada masa kampanye itu juga para kandidat terus memaparkan visi misinya kepada warga DKI Jakarta. Mereka turun ke berbagai tempat guna mendulang suara pada saat hari pencoblosan.
Gagasan para kandidat untuk memajukan Jakarta juga semakin terlihat. Dalam debat Pilkada yang digelar KPU DKI, Rabu malam 12 April 2017 lalu, para pasangan calon mengutarakan program unggulannya masing-masing.
Hasilnya, dari pantauan PoliticaWave di media sosial, pada debat pamungkas ini pasangan nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno unggul tipis dari aspek jumlah percakapan netizen sebesar 51 persen. Sedangkan pasangan petahana Ahok-Djarot Saiful Hidayat meraih jumlah percakapan netizen sebesar 49 persen.
“Namun pasangan Ahok-Djarot lebih mendapat apresiasi netizen dalam bentuk sentimen positif sebesar 64 persen dan 36 persen negatif, sementara pasangan Anies-Sandi mendapat respons positif sebesar 59 persen dan 41 persen negatif,” ujar Pendiri PoliticaWave, Yose Rizal, Jakarta, Kamis 13 April 2017.
Di Pilkada DKI putaran kedua ini, ada dua pasangan calon yang maju bertarung memperebutkan kursi gubernur Jakarta. Keduanya adalah pasangan nomor 2, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok - Djarot Saiful Hidayat, dan pasangan nomor 3 Anies Baswedan - Sandiaga Uno.
Kedua pasangan itu lolos setelah unggul dalam Pilkada DKI putaran pertama, 15 Februari 2017 lalu. Di ajang itu, pasangan Ahok-Djarot meraih suara 42,96 persen, sementara Anies-Sandi mendapatkan suara 39,97 persen. Mereka mengalahkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang mendapat 17,06 persen.
Kampanye Terakhir
Pada akhir masa kampanye, calon wakil gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat menghadiri acara Istigasah Akbar - Jakarta Mengaji yang diselenggarakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Lapangan Cipinang Indah, Jakarta Timur.
Dalam kegiatan yang dihadiri ribuan orang itu, Djarot menyampaikan terima kasih kepada partai pengusungnya --Nasdem, Golkar, Hanura, PPP, dan PKB -- yang sampai kini mendukungnya. Dia juga mengaku bangga saat diberi kesempatan melayani warga dengan baik.
"Satu kebanggaan, satu nilai yang tidak bisa dihargai dengan materi sebanyak apapun. Juga ketika banyak warga menangis sesenggukan terima kasih Pak Djarot telah membantu operasi tidak bayar," ucap ujar Djarot, Sabtu (15/4/2017)
Terkait pencoblosan Pilkada DKI, dia kembali mengingatkan masyarakat yang hadir agar tidak takut memilih dan mencoblos pasangan Ahok - Djarot pada hari pemungutan suara Rabu, 19 April 2017.
"Bapak Ibu jangan takut. Pilihan boleh berbeda, tetapi tidak boleh ada intimidasi di Jakarta ini," Djarot menegaskan.
Dalam menghadapi masa tenang ini, Djarot menegaskan akan tetap menjalankan agenda yang sudah dibuat tim. Strategi juga sudah disiapkan dan akan dilaksanakan sesuai rencana.
"Ya kita jalanin aja. Doa memohon kehadirat Allah SWT. Kita banyak berterima kasih," tutur Djarot di Gelanggang Olahraga (GOR) Ciracas, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat 14 April 2017.
Sementara itu calon gubernur DKI Anies Baswedan menikmati hari akhir kampanyenya dengan mengunjungi warga di Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Anies meminta warga agar benar-benar menentukan pemimpin Jakarta untuk lima tahun mendatang.
"Mohon doa. Ini hari terakhir kegiatan kampanye. Besok sudah tidak ada lagi. Jadi hari ini enggak bisa diulang. Minggu depan penentuannya. Bukan untuk saya tapi untuk warga Jakarta, mau menentukan arahnya ke mana," ujar Anies, Sabtu (15/4/2017).
Menurut Anies, perjuangan untuk membuat Jakarta lebih baik dapat terus dilakukan sepanjang masa. Tak hanya terbatas saat Pilkada 19 April saja.
"Perjuangannya bukan cuma 19 April. Insya Allah kita dimudahkan dalam jalankan amanat ini. Kita dijauhkan dari fitnah dan didekatkan dengan ikhlas," ujar dia.
"Dulu berjuang bambu runcing, sekarang ambil pakunya coblos yang paling kanan," kata Anies Baswedan memungkasi.
Advertisement
Intimidasi dan Politik Uang
Ketua Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu DKI Jakarta, Mimah Susanti mengaku pihaknya sering berdebat dengan tim sukses pasangan calon (paslon). Terutama pada saat memergoki timses pasangan calon membagikan sejumlah barang dan kaos ke warga.
Bahkan beberapa kali anggota panitia pengawas (Panwas) malah mendapat intimidasi dari timses di lapangan. "Belum apa-apa, baru kita tanya kemudian leher kita sudah dipegang," kata Mimah Ketua Bawaslu DKI Jakarta dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2017).
Berdasarkan temuan Bawaslu, ungkap Mimah, anak buahnya merasa tidak aman saat berhadapan dengan tim sukses paslon di lapangan. Setiap kali akan dilakukan penindakan, tim Bawaslu kerap beradu argumen dengan timses paslon.
"Kita jadi enggak aman setiap kita protes terhadap kedua teman (tim sukses) ini, jika memang kita temukan ada dugaan yang kita anggap melenceng," tambah Mimah.
Bahkan, dia mengungkapkan masih adanya praktik politik uang dalam Pilkada DKI putaran dua. Praktik yang mencoreng demokraasi itu diduga dilakukan relawan yang tidak terdaftar di KPU atau simpatisan tidak resmi.
"Ini dilakukan relawan yang tidak terdaftar. Ngakunya simpatisan," kata Mimah.
Penyelesaian masalah politik uang, ucap dia, tidak hanya menjadi tugas penyelenggara pemilu saja. Melainkan juga tanggung jawab dari masing-masing tim sukses pasangan calon.
"Kami ingin sampaikan soal politik uang itu secara khusus adalah tugas penyelenggara. Tapi secara sosial itu tugas tim sukses dan pasangan calon," ucap Mimah.
Atas kegiatan itu, Bawaslu ingin memberikan efek jera bagi para pelaku praktik politik uang dengan menindaklanjuti hingga pengadilan. Namun beberapa kendala kerap menghadangnya sehingga laporan tidak sampai ke meja hijau.
"Laporan yang telah diproses malah kadaluwarsa ketika dibawa ke tingkat kepolisian. Belum lagi ada juga pelapor yang mencabut laporannya," terang Ketua Bawaslu DKI Mimah.