Liputan6.com, Jakarta - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan, demokrasi di Indonesia masih terlihat semu. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan uang dalam demokrasi masih berada di posisi vital.
"Politik memang tidak bisa dipisahkan dari uang," ujar Viva dalam diskusi Partai Politik dan Budaya Korupsi, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2017).
Menurutnya, uang merupakan sumber daya yang luar biasa untuk memengaruhi proses politik dan merebut kekuasaan.
"Sebenarnya, hubungan politik dan uang ada yang baik-baik saja ada juga yang tidak. Dilema demokrasi menjadi demokrasi semu karena dari, oleh, dan untuk rakyat tidak jadi bagian yang teguh, tetapi lebih dipengaruhi uang," sambung dia.
Dalam kaitan dengan korupsi yang dilakukan para elite parpol, Viva setuju dengan permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK merekomendasikan parpol dibiayai oleh negara berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 5 tahun 2009.
"Kenapa parpol ada anggotanya yang kena korupsi. Salah satunya karena kita beranggapan untuk biaya parpol itu besar. Uang itu memang bukan satu-satunya cara, tapi untuk besar tidak bisa dilepaskan dengan uang," kata Viva Yoga.
Hanya saja, pembiayaan dari negara untuk parpol pasti akan mengundang pro dan kontra di masyarakat.
Advertisement
"Persepsi masyarakat agak berat, karena sudah cenderung negatif. Masih belum ada kepercayaan masyarakat bila parpol dibiayai oleh negara," ujar Viva Yoga Mauladi.