Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyayangkan adanya aksi pembakaran karangan bunga oleh buruh saat May Day atau Hari Buruh. Seharusnya, aksi untuk memperjuangkan hak-hak buruh tersebut tidak dinodai dengan tindakan anarkistis.
"Apakah ucapan-ucapan atau tulisan-tulisan itu mengandung unsur-unsur ujaran kebencian, SARA? Kan tidak. Sebab itu, kalau menurut saya tidak simpatik, tidak baik," kata Djarot di lapangan IRTI Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Baca Juga
Padahal, kata Djarot, karangan bunga yang ditujukan kepada dirinya dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok merupakan ungkapan rasa cinta masyarakat.
Advertisement
"Ingat enggak karangan bunga itu diberikan dengan rasa cinta, itu ada nilainya. Tadi saya juga dapat info dari Sekretaris Daerah (Sekda) bahkan setelah dibakar-bakar seperti itu, banyak karangan bunga yang dicuri. (Harusnya) ditangkap itu," papar dia.
Karangan bunga itu, kata Djarot, sebenarnya dapat dijual kembali kepada pihak penjual bunga. Harganya berkisar antara Rp 25-50 ribu untuk bunga yang tak bagus kualitasnya. Sedangkan yang masih baik, bunga itu bisa dijual seharga Rp 100 ribu.
"Masa enggak dihargai gitu kan," tegas Djarot.
Aksi ribuan buruh di depan Balai Kota diwarnai pembakaran. Buruh membakar karangan bunga yang dikirimkan masyarakat untuk Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
Peristiwa itu terjadi tepat di depan Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, sekitar pukul 12.50 WIB.
Salah seorang buruh melalui pengeras suara memprovokasi buruh lainnya untuk membakar karangan bunga yang berjajar di trotoar Jalan Medan Merdeka Selatan.
"Kita bersihkan Balai Kota dari sampah-sampah karangan bunga Ahok. Kalau bukan kita yang bersihkan, siapa lagi? Satpol PP dari kemarin enggak ngapa-ngapain," kata orator tersebut.