Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini sedang berjuang melawan kampanye hitam di Eropa setelah produk olahan kelapa sawit Indonesia dinilai membahayakan. Padahal, produk Indonesia paling ramah lingkungan.
Karena itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggunakan kesempatan pertemuan dengan kepala negara Eropa untuk menjelaskan permasalahan ini. Termasuk saat menerima kunjungan Presiden Lithuania Delia Grybauskaite.
Baca Juga
"Indonesia telah menyampaikan concern terhadap terus berlangsungnya kampanye hitam dan tindakan diskriminatif produk sawit Indonesia di Eropa, dan tadi kita juga meminta dukungan Lithuania agar produk Sawit Indonesia diperlakukan secara fair," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/5/2017).
Advertisement
Sebelumnya, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bedjo Santoso mengatakan, tanaman kelapa sawit justru lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan jenis tanaman hutan. Salah satunya dari sisi penyerapan air, sawit justru lebih efisien.
Dalam setahun, sawit menyerap air 1.104 milimeter, lebih sedikit jika dibandingkan tanaman sengon (1.355), jati (1.300), mahoni (1.500), maupun pinus (1.975).
Sementara itu, dari sisi penyerapan karbondioksida (CO2), sawit justru lebih banyak menyerap CO2 jika dibandingkan dengan empat tanaman hutan tersebut.
Bahkan, tiap hamparan sawit seluas 1 hektare (ha) mampu menyerap CO2 sebanyak 36 ton. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman sengon yang hanya mampu menyerap CO2 sekitar 18 ton, jati (21 ton), mahoni (25 ton), dan pinus (20 ton).
"Tanaman sawit juga justru lebih efisien menggunakan lahan jika dibandingkan dengan tanaman rapeseed, bunga matahari, maupun kedelai itu. Perbandingannya sekitar 1 berbanding 10," tutur Bedjo.