Sukses

Firasat Paman Sebelum Briptu Imam Gilang Tewas di Kampung Melayu

Bagyo tak kuasa menahan tangis ketika menceritakan saat-saat terakhir kebersamaan dia dengan Gilang.

Liputan6.com, Jakarta - Kematian Briptu Imam Gilang Adinata tak pernah diperkirakan keluarga sedikit pun. Sebelum berangkat bertugas untuk terakhir kalinya, Gilang tampak biasa saja.

Paman Gilang, Bagyo Santoso, ingat betul sesaat sebelum keponakannya itu berangkat bertugas. Rabu siang, Gilang sudah rapi dengan pakaian dinas.

Gilang meminjam korek pada Bagyo untuk membakar rokoknya. Keduanya kemudian merokok bersama di depan rumah. Namun, yang tak biasa, sebelum berangkat Gilang berpamitan dengan Bagyo.

"Enggak biasanya pamit ke saya. Pak Yo, saya berangkat yo. Seumur-umur baru kali itu pamit sama saya," tutur Bagyo di kediaman Gilang, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2017).

Bagyo tak kuasa menahan tangis ketika menceritakan saat-saat terakhir kebersamaan dia dengan Gilang. Sekitar pukul 11.00 WIB, anggota Dit Sabhara Polda Metro Jaya itu berangkat.

Malam harinya, dia mengetahui ada peristiwa bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tak disangka, salah satu korban bom itu adalah keponakannya sendiri.

Bagyo dihubungi pihak kepolisian pada Kamis dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Dia diminta datang ke RS Polri untuk memastikan jasad yang dievakuasi merupakan sosok Gilang.

Dia bersama kedua orangtua Gilang langsung berangkat ke RS Polri. Di sanalah dia melihat keponakannya itu sudah terbujur kaku di kamar jenazah RS Polri Kramat Jati.

"Tadi pukul 04.00 WIB sampai di rumah. Baru nanti siang pukul 12.00 WIB dibawa ke Bandara Soekarno-Hatta menuju Yogyakarta untuk dimakamkan di Klaten," ucap dia.

Kenaikan Pangkat

Sementara itu, Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa kepada tiga anggotanya yang gugur dalam teror bom di Kampung Melayu.

"Kami berikan kenaikan pangkat luar biasa," kata Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (25/5/2017).

Ketiga anggota Polri yang gugur tersebut semula berpangkat Brigadir Dua, kini menyandang pangkat Brigadir Satu.

"Mereka gugur dalam tugas," kata Setyo.

Mereka yang gugur itu adalah Briptu Anumerta Ridho Setiawan, Briptu Anumerta Taufan Tsunami, dan Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata. Ketiganya gugur terkena ledakan bom di tengah pengamanan pawai obor.