Sukses

Cerita Tukang Ojek Selamatkan Korban Bom Kampung Melayu

Evi menuturkan, ledakan pertama terjadi di dalam terminal, dekat halte Transjakarta, sedangkan bom kedua meledak di dekat toilet.

Liputan6.com, Jakarta - Eviyuliswir (48) tak menyangka, suara yang dipikirnya ban pecah saat berada di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur adalah suara ledakan bom. Dia pun langsung membawa korban yang terluka menuju rumah sakit terdekat dengan motor yang dipakainya untuk ojek.

"Saya juga tadi mengantar korban ke RS Budhi Asih," kata Evi sambil mengendarai sepeda motor dari lokasi ledakan di Terminal Kampung Melayu menuju RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur, tempat korban luka-luka dirawat pada Rabu, 24 Mei 2017, sekitar pukul 23.00 WIB.

Evi, yang bekerja sebagai pengojek, biasa mangkal di Terminal Kampung Melayu dan saat ledakan terjadi, dia sedang santai menunggu penumpang.

Awalnya, dia mengira ledakan tersebut bukan bom. "Saya pikir bukan bom, (tapi) ban meledak, makanya saya lari ke dalam, saya pengen tahu," kata dia seperti dilansir dari Antara.

Saat masuk ke terminal untuk mengetahui sumber ledakan, Evi mengaku bersama korban luka yang dia antar ke RSUD Budhi Asih.

"Ledakan pertama, korban masuk ke dalam, dia tolong polisi yang kena, enggak tahu kalau ada bom kedua," ujar dia.

"Saya bantu, bawa ke rumah sakit. Jadi, jaket saya darah semua," katanya sambil mengarahkan pandangan ke pundak kanannya.

Darah tak terlihat di jaket biru tua Evi malam itu, tetapi bagian yang dia tunjuk terasa basah saat dipegang.

Setelah menjauh dari lokasi Terminal Kampung Melayu yang dipenuhi kerumunan masyarakat yang hendak melihat tempat kejadian, Evi melanjutkan ceritanya.

Ia menuturkan, ledakan pertama terjadi di dalam terminal, dekat halte Transjakarta, sedangkan bom kedua meledak di dekat toilet.

"Lebih kuat bom kedua, lebih bahaya bom kedua. Banyak korban di bom kedua," kata Evi.

Evi mengaku melihat seseorang yang dia rasa merupakan pelaku bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu.

"Umur sepertinya 30 tahun ke bawah. Kulit sawo matang. Enggak gendut, tingginya seperti saya ini (sekitar 170 cm), rambut kurang jelas, baju hitam kebiru-biruan," kata dia.

Saat berhenti di lampu merah, sambil menghela napas Evi mengucap "Astagfirullah...Dari kelompok mana ya? Rakyat kecil yang dia beri," kata dia.

Â