Liputan6.com, Jakarta - Jihan Tholib (19), menjadi korban ledakan bom Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Rabu malam 24 Mei 2017. Mahasiswi Universitas Azzahra jurusan Manajemen ini terluka dan dirawat di RS Polri.
Jihan menceritakan detik-detik bom itu meledak persis di belakangnya pada malam itu. Ketika itu, dia bersama temannya yang juga menjadi korban selamat Susi Afitriyani (31), dalam perjalanan pulang dari kampus saat bom bunuh diri itu meledak.
Dia terkena serpihan bom hingga menderita luka parah di punggung, tangan, dan kaki. Kini, ada dua jahitan di punggungnya.
Advertisement
"Saya bersama Susi sedang di sebelah kiri toilet Kampung Melayu (tempat ledakan bom pertama). Saya ingin pulang, mau naik angkot ke arah Pondok Gede," kata Jihan ditemui di Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Saat dia bersama Susi ingin menuju angkot jurusan Pondok Gede, tiba-tiba ada ledakan tepat di belakang punggungnya itu, yang bunyinya begitu besar.
"Di sana emang banyak polisi berjaga-jaga, ramai banget polisi di sana karena mau ada pawai, lagi banyak polisi langsung ledakan bom pertama meledak. Bunyinya besar sekali, skala 9 dari 10," tutur Jihan.
Begitu bom pertama itu meledak, Mahasiswi Semester II itu pun langsung jatuh ke aspal. Namun, dia langsung bangkit dan berlari meninggalkan lokasi ledakan bom.
"Saya langsung jatuh pas ledakan pertama. Ada bapak-bapak yang suruh saya lari, saya langsung lari. Sampai di ujung ada bapak-bapak yang nolongin," dia memungkas.
Jihan tak langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat, dia sempat dibawa ke rumah terlebih dahulu. Lalu dibawa ke Rumah Sakit Premier Jatinegara untuk mendapat perawatan yang intensif.
Sang ibu, Amelia (42) mengaku sangat terkejut mendengar kabar bahwa anaknya adalah korban bom Kampung Melayu. Tak pernah terpikir olehnya, anak satu-satunya itu menjadi korban nahas ledakan bom yang menewaskan lima orang, termasuk tiga anggota polisi.
"Saya habis dari Klinik di daerah Klender. Saya sempat lewatin Kampung Melayu, terus saya langsung terpikir sama anak saya, karena dia biasa lewat sini kalau pulang. Pas saya tahu anak saya jadi korban, saya langsung histeris," tandas dia.
Meski menjadi korban ledakan bom, Jihan mengaku tak pantang semangat dalam mengejar cita-cita dan impiannya.
"Ya saya teruslah kuliah," ujar Jihan.
Dia pun berharap agar pemerintah segera menyelesaikan revisi Undang-Undang antiterorisme. "Katanya kan kemarin ada UU tentang terorisme, cepat diselesaikan saja. Cepat dikerjakan saja," harap Jihan.