Sukses

5 Jejak ISIS dalam Aksi Teror di Indonesia

Bom di Kampung Melayu bukan aksi pertama para antek ISIS di Indonesia. Dalam catatan Liputan6.com, paling tidak ada 5 jejak ISIS.

Liputan6.com, Jakarta - ISIS mengklaim bertanggung jawab atas teror bom bunuh diri di Kampung Melayu pada Rabu, 24 Mei 2017 lalu. Teror nahas itu menewaskan lima orang, termasuk dua terduga pelaku, Ichwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, dan menimbulkan korban luka 12 orang.

Klaim itu dinyatakan sebuah media ISIS, Amaq News Agency, seperti dilaporkan SITE Inteliigence Group --firma analis dan intelijen privat berbasis di Maryland, Amerika Serikat-- dan diwartakan Turkish Radio and Television World (TRTWorld.com), Jumat, 26 Mei 2017.

"Agensi berita Amaq ISIS melaporkan bahwa serangan anggota kepolisian pada 24 Mei 2017 di Jakarta Indonesia dilakukan oleh 'salah satu pejuang ISIS'," tulis Amaq yang dimuat dalam laman situs SITE Inteliigence Group, news.siteintelgroup.com.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, para pelaku bom Kampung Melayu tergabung dalam sel Mudiriyah Jamaah Anshar Daulah (JAD) di Bandung Raya. "Ini berdasarkan hasil penyidikan tim Densus 88," ucap Tito.

Bom di Kampung Melayu bukan aksi pertama para antek ISIS di Indonesia. Dalam catatan Liputan6.com, paling tidak ada lima jejak, baik penangkapan sebelum atau sesudah teror, yang terkait ISIS.

2 dari 6 halaman

Rencana Teror 17 Agustus 2015 di Solo

Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri menangkap tiga tersangka teroris di Solo. Berdasarkan pengakuan para tersangka, mereka akan melakukan aksi pengeboman pada 17 Agustus 2015 di Kota Solo.

"Tiga tersangka itu adalah Ibad, YZ dan G," kata Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Noer Ali di Mapolresta Solo, Jumat 14 Agustus 2015.

Para tersangka teroris itu, lanjut Noer Ali, akan melakukan serangkaian teror bom di sejumlah lokasi. Teror bom tersebut akan dilakukan di tempat ibadah umat Nasrani dan Khonghucu, serta kantor kepolisian.

"Target teror dari jaringan ini sudah ditetapkan. Syukur alhamdulillah atas kerja sama kepolisian dan masyarakat, kita bisa mematahkan teror bom yang akan dilakukan pada 17 Agustus itu," ungkap Noer Ali.

Noer Ali mengungkapkan masing-masing peran dari tersangka teroris itu. Pertama, Ibad merupakan penerima kiriman uang dari Bahrun Naim, WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah. Ibad pula yang mengajak kedua rekan-rekannya itu untuk melakukan aksi teror bom.

Sedangkan YK merupakan spesialis perakit bom. Ia melakukan pembuatan bahan peledak bom rakitan dengan tersangka teroris Ibad. Terakhir, G, yang ditangkap di Semanggi bertugas menyiapkan sarana dan prasarana.

"G juga melakukan survei untuk menentukan lokasi teror bom. Dia yang melakukan survei ke kantor Polsek Pasar Kliwon yang menjadi target. G ikut terlibat dalam penembakan salah satu anggota Polri pada 2012," terang dia.

Ketiga orang tersangka itu, disebutkan Noer Ali, merupakan anggota kelompok jaringan Badri. Sedangkan, Badri telah ditangkap Densus pada tahun 2012 lalu.

"Yang sekarang ditangkap adalah anak buahnya Badri yang sudah ditangkap," pungkas Noer Ali.

3 dari 6 halaman

Bom Thamrin

Kamis, 14 Januari 2016 menjadi hari kelam bagi bangsa Indonesia. Ibu Kota Negara diteror bom. Sebanyak 31 orang menjadi korban ledakan bom, tujuh di antaranya meninggal. Satu Warga Negara Asing (WNA) asal Kanada turut jadi korban meninggal akibat peristiwa tersebut.

Peristiwa bermula dari munculnya rentetan tembakan di kawasan Thamrin sekitar pukul 10.55 WIB. Awalnya, pelaku menyerang Starbucks Coffee di Gedung Djakarta Theater, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Tak lama kemudian, pelaku lainnya meledakkan bom bunuh diri di pos polisi perempatan Sarinah yang lokasinya tak jauh Starbucks Coffee.

Usai melancarkan aksi bom bunuh diri, para pelaku yang berjumlah lima orang melepaskan sejumlah tembakan ke polisi di lokasi.

Dari dua kejadian ini petugas Polri dari Polda Metro dan Densus mengejar ke lokasi tersebut, kontak tembak di depan Djakarta Theater pun tak terelakkan.

"Kita tembak dua pelaku kelompok teroris," ujar Wakapolri saat itu, Komjen Budi Gunawan, Kamis, 14 Januari 2016.

Hasil penyisiran, polisi menemukan enam bom rakitan, yakni lima bom kecil sekepalan tangan disebut granat rakitan, dan satu bom besar sebesar kaleng biskuit.

Budi mengatakan, serangan tersebut diduga dilakukan kelompok teroris ISIS. Dugaan merujuk pada ancaman berkode 'konser yang akan menjadi berita internasional' dari ISIS yang diterima polisi pada Desember 2015. Terlebih, sebelumnya Densus juga menangkap kelompok teroris di wilayah Bandung, Jawa Barat.

Sebanyak 33 orang ditetapkan sebagai tersangka dalam aksi penembakan dan teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat itu.

4 dari 6 halaman

Aksi Bunuh Diri di Mapolresta Surakarta

Aksi bom bunuh diri terjadi di Markas Polresta Surakarta, Selasa, Juli 2016 pukul 07.30 WIB. Pelaku yang menggunakan sepeda motor berpelat nomor AD 6136 HM masuk ke halaman Mapolresta.

Anggota polisi kemudian mencegat dan menanyakan keperluan pelaku. Tak menjawab, pelaku melarikan diri sehingga dikejar.

Pelaku kemudian meledakkan diri di dekat kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) di Mapolresta Surakarta. Pelaku pun tewas di tempat.

Sementara itu, Brigadir Bambang Adi yang berjaga di SPKT mengalami luka ringan di bagian mata sebelah kiri dan badan bagian kanan akibat luka bakar.

Kapolri saat itu Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, Nur Rohman berasal dari jaringan kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JADKN).

Menurut Badrodin, kelompok JADKN yang dipimpin Bahrun Naim ini berbeda dengan kelompok Jemaah Ansharut Daulah atau JAD pimpinan Aman Abdurrahman.

Namun, kedua kelompok tersebut sama-sama berafiliasi ke ISIS.

5 dari 6 halaman

Penangkapan Jaringan Majalengka

Densus 88 Antiteror menangkap pelaku teroris jaringan bomber Majalengka. Tersangka ditangkap di Pondok Benda, Tangerang Selatan.

"Penangkapan berlangsung pada pukul 17.09 WIB, bertempat di Jalan Ismaya Raya, Pondok Benda, Kota Tangerang Selatan, Banten," kata Kadiv Humas Polri saat itu Irjen Boy Rafli Amar, Senin, 28 November 2016.

Tersangka diketahui bernama Hendra alias Abu Pase. "Ditangkap di tempat pemancingan," kata Boy.

Di tempat terpisah, Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan hingga saat ini sudah ada empat tersangka teroris yang ditangkap kepolisian. Mereka berafiliasi dengan Bahrun Naim, WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah.

Mereka yang sudah ditangkap adalah Rio Priatna Wibowo (ditangkap di Majalengka), Abrain Agam (ditangkap di Blang Tarakan, Aceh), dan Syaiful Bahri alias Abu Sifa (ditangkap di Desa Baros, Banten).

"Mereka jaringan JAD yang berafiliasi ke Bahrunnaim di Suriah," kata Martinus, di Mabes Polri. Keempat orang tersebut sudah resmi menyandang status tersangka. Penyidik saat ini fokus pada sumber dana yang mengalir kepada tersangka.

"Sampai saat ini memang pengakuan dana mereka secara swadaya untuk membuat bahan peledak. Polri terus kembangkan kasus ini, selidiki siapa yang jadi donatur, penyandang dana kegiatan mereka meracik dan kumpulkan bahan kimia yang dimanfaatkan untuk bom berdaya ledak tinggi," ujar Martinus.

6 dari 6 halaman

Rencana Penyerangan Pos Polisi di Tangerang Selatan

Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh terduga teroris di empat daerah berbeda. Tiga dari ketujuh orang tersebut tewas karena melawan petugas saat akan ditangkap.

Rabu, 21 Desember 2016, Densus 88 menangkap terduga teroris bernama Adam di Jalan Raya Serpong. Kemudian tim berupaya mencokok tiga rekan Adam di Kampung Curug, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten.

Upaya petugas mengamankan rekan Adam yang bernama Omen, Helmi, dan Irwan mendapat perlawanan dari ketiganya. Petugas terpaksa menembak ketiganya ketika salah satu dari mereka melempar bom. Ketiganya pun tewas.

Dari hasil pemeriksaan terhadap Adam, diketahui mereka berencana melakukan aksi teror di pos polisi perempatan RS Eka Hospital, Tangerang Selatan. Sasarannya yakni polisi yang tengah berjaga di lokasi tersebut.

Pada hari yang sama, berlokasi di Kabupaten Payakumbuh, Sumatera Barat, Densus 88 menangkap terduga teroris atas nama Jhon Tanamal alias Hamzah (H). Ia diduga terkait dengan kelompok teroris jaringan Solo yang dipimpin Abu Zaid.

Sementara di Deli Serdang, Sumatera Utara, Densus 88 juga menangkap satu terduga teroris atas nama Safii Lubis alias S. Selain itu, Densus 88 menangkap seorang terduga teroris bernama Abisya alias HA.

Safii maupun Abisya ditangkap karena terlibat dengan kelompok radikal Katibah Gonggong Rebus (KGR) pimpinan Gigih Rahmat Dewa.

Meski berasal dari sel-sel yang berbeda, para terduga teroris tersebut, termasuk tiga orang yang tewas diduga merupakan anggota kelompok teroris yang dipimpin Bahrun Naim.