Sukses

Ma'ruf Amin: Pancasila Itu Wujud Nyata Peran Agama di Indonesia

Indonesia akan memperingati hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan memperingati hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin pun berpesan agar siapapun tidak mempertentangkan agama dan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.

Pancasila, kata Ma'ruf, adalah solusi kebangsaan atau hulul wathaniyah yang menjadi titik kesepakatan dan kompromi dalam berbangsa dan bernegara. Bahkan, roh agama menjadi kekuatan besar yang mengilhami kelahiran Pancasila itu.

"Pancasila justru wujud nyata peran agama dalam kehidupan bangsa Indonesia," kata Ma'ruf yang juga Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Namun, ia mengingatkan, saat ini perlu penguatan kembali pemahaman dan pengalaman Pancasila. Mengingat belakangan ini muncul gerakan radikal yang hendak mengganti ideologi negara.

"Kelompok ini tak memiliki komitmen kebangsaan dan kenegaraan serta tak menghormati kesepakatan," kata dia.

Ma'ruf mencontohkan, kelompok pengusung sistem khilafah yang bukan termasuk kesepakatan ulama atau mujma'alaih. Sistem yang ternyata tidak dipraktikkan di negara kelahirannya, Lebanon.

Di Timur Tengah pun sistem ini tak populis. Arab Saudi menerapkan sistem kerajaan, begitu juga Yordania, dan ada pula yang memberlakukan sistem republik.

"Kita punya konsensus nasional dan jika mau mengubahnya itu berarti pengkhianatan kesepakatan," kata Ma'ruf.

Pada sisi lain, lanjut dia, muncul ideologi liberal yang hendak melegitimasi agama dan menafsirkan Pancasila secara sekularistik.

Ia pun mengajak segenap elemen bangsa menjaga Pancasila dari rongrongan kelompok kanan atau pun kiri. Ormas Islam yang tak berkomitmen terhadap Pancasila tidak berada dalam barisan MUI. Pihaknya juga menolak pelengseran pemerintahan yang sah dengan cara inkonstitusional.

Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menambahkan, Pancasila adalah sumbangsih luar biasa dari para pendiri bangsa. Bahkan keberadaan Pancasila mendapat pengakuan dan apresiasi dari dunia internasional.

Abdul Mu'ti pun mengutip perkataan mantan Duta Besar Italia untuk Malaysia dan ASEAN, Mr Robert yang memuji Pancasila dan meminta Indonesia tetap mempertahankannya.

"Bagaimanapun Pancasila adalah produk perjanjian yang melewati proses tak sederhana di tengah fakta kemajemukan Indonesia," katanya pula.

Dia menggarisbawahi dua tantangan yang harus mendapat perhatian semua pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga segenap elemen bangsa. Tantangan pertama yaitu tantangan ideologis dan intelektual.

"Ada sebagian kecil umat Islam yang mempermasalahkan Islam sebagai dasar negara dan ingin mendirikan negara Islam," ujarnya.

Bagi NU dan Muhammadiyah, kata dia, persoalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sudah selesai. Penegasan sikap itu dalam Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar. Mu'ti mengatakan, ada persoalan pada aspek fungsional Pancasila yang menjadi pekerjaan rumah semua pihak, yaitu bagaimana Pancasila dijadikan sebagai praksis sistem dan ideologi menuju bangsa yang adil dan makmur.

"Dalam level ini, Pancasila belum sepenuhnya dijadikan landasan pergerakan bangsa. Jika ini bisa dilakukan, maka berkeyakinan tak akan ada lagi yang meragukan Pancasila. Jika ini tak terselesaikan maka wajar muncul ideologi lain," Mu'ti memungkas.