Liputan6.com, Jakarta Pulau Bungin, sebuah pulau di Sumbawa Nusa Tenggara Barat, mendapat julukan pulau terpadat di dunia. Nyaris tak ada ruang tersisa karena penghuninya membangun rumah sampai sisi terluar pulau.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (30/6/2017), sebelumnya Pulau Bungin hanya berupa tumpukkan batu karang. Kedatangan orang-orang bajo ratusan tahun silam, yang terus menerus mereklamasi Pulau Bungin dengan cara sederhana, membuat daratan bungin terus meluas.
Bertahun-tahun, Suku Bajo, penghuni mayoritas Pulau Bungin, memang lebih akrab dengan laut ketimbang pepohonan. Mereka, yang sejak ratusan tahun silam, mengubah tumpukan batu karang di pucuk Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini, menjadi daratan luas.
Advertisement
Dari semula hanya seluas tiga hektare, kini luas bungin sudah sekitar 12 hektare. Penduduknya pun terus bertambah. dari hanya ratusan jiwa, kini telah mencapai kurang lebih lima ribu jiwa.
Nama Bungin berasal dari kata bubungin atau tumpukkan pasir putih. Orang-orang Bungin awalnya menetap di Pulau Panjang dan pulau terluar lain. Tapi karena banyak perompak alias bajak laut, mereka pindah ke Pulau Bungin.
Bungin memang pulau buatan alias pulau reklamasi. Tak seperti proses penimbunan laut yang menggunakan teknologi modern, Suku Bajo mereklamasi Pulau Bungin dengan cara sederhana, yakni, menumpuk bongkahan-bongkahan batu karang dari dasar sampai melewati permukaan laut.
Meluasnya daratan bungin tak lepas dari tradisi keharusan lelaki Bajo yang hendak menikah, menimbun batu karang untuk landasan rumah tinggal.
Tidak ada garis pantai di Pulau Bungin. Tepi terluar pulau ini adalah rumah warga yang berdiri tegak bertepian laut lepas. Itulah sebabnya, pulau ini mendapat julukan sebagai pulau buatan terpadat di dunia.