Sukses

Palangkaraya dan Peluang Jadi Ibu Kota Gantikan Jakarta

Ibu kota baru ini harus lengkap dan berkelanjutan, tidak hanya memenuhi syarat sesaat saja.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mengkaji gagasan untuk memindahkan ibu kota negara dan pusat pemerintahan saat ini di Jakarta ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Usulan tersebut masih digodok Badan Perencanaan Nasional atau Bappenas. Meski demikian,  Menteri Agraria dan Tata Ruang, Sofyan Djalil, mengatakan pihaknya masih mencari alternatif-alternatif daerah lain selain Palangkaraya.

"Masih studi awal mencari alternatif-alternatif," kata Sofyan Djalil, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa 4 Juli 2017.

Sofyan mengatakan, banyak pertimbangan yang saat ini terus dikaji pemerintah. Ibu kota baru ini harus lengkap dan berkelanjutan, tidak hanya memenuhi syarat sesaat saja.

"Kalau ini kan keputusan administratif Presiden. Keputusan jangka panjang implikasinya gitu kan. Oleh karena itu, kita sedang cari tempat," jelas mantan Menteri Bappenas itu.

Palangkaraya Jadi Ibu Kota Baru? (Foto: en.wikipedia.org)

Dosen Arsitektur sekaligus penulis buku Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya, Wijanarka, menuturkan saat muncul ide memindahkan ibu kota di era Presiden Sukarno, Palangkaraya bukan menjadi satu-satunya daerah yang diusulkan.

"Ada beberapa alternatif, ada beberapa yang diusulkan. Meski tidak didetailkan, ada usulan ibu kota dipindah ke Sulawesi, Sumatera, bahkan di Jawa sendiri," kata Wijanarka saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (5/7/2017).

Menurut dosen Universitas Negeri Palangkaraya ini, berbicara tentang Palangkaraya, ada dua sudut pandang, yaitu Palangkaraya secara kawasan perkotaan dan Palangkaraya secara administrasi kota.

"Secara administrasi, kota Palangkaraya memiliki luas wilayah sekitar 2.400 km persegi. Kawasan terbangun 50 km persegi. Jadi masih sangat kecil, kira-kira baru 10 kilo jalan utama. Jadi, secara luasan masih sangat luas, masih punya peluang (jadi ibu kota)," kata Wijanarka.

Adapun alasan Sukarno menambatkan pilihan rencana pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Palangkaraya karena letak Kalimantan Tengah di tengah-tengah NKRI sebelum Papua masuk ke dalam NKRI, selain juga Palangkaraya tidak dilintasi patahan yang dapat menyebabkan gempa.

Kendaraan terjebak kemacetan di tol dan di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, (5/6). Banyaknya warga yang ingin berbuka puasa, menyebabkan ruas jalan di Ibu Kota lebih macet dibanding biasanya, terutama jam pulang kerja. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Berbicara ibu kota, kata Wijanarka, yaitu sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Padatnya ibu kota disebabkan kedua fungsi ibu kota di Jakarta bersatu. Berbeda dengan Amerika yang menempatkan pusat ekonominya di New York dan pemerintahan di Washington. Atau, Australia yang menempatkan pusat pemerintahannya di Canberra dan bisnis di Sydney.

"Bila Ibu Kota Jakarta dipindah, kemungkinan kemacetan dan problem yang membebani Jakarta saat ini berkurang," ujar Wijanarka.

 

 

 

 

 

 

 

 

Saksikan video di bawah ini: