Liputan6.com, Jakarta - 25 Mei 2017, dua ledakan bom bunuh diri terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ledakan tersebut menjadi perhatian publik, bukan saja karena menyebabkan 3 anggota kepolisian tewas, tapi terjadi saat umat Islam akan memulai Ramadan.
Seperti yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (8/7/2017), polisi banyak menjadi korban saat mengamankan pawai obor Ramadan. Selang beberapa hari usai ledakan yang juga menyebabkan belasan orang terluka, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan target sasaran bom bunuh diri adalah polisi dan pelaku masuk dalam jaringan ISIS.
Baca Juga
Tepat satu bulan berselang, penyerangan kepada aparat kepolisian kembali terjadi. Kali ini terjadi di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Teror yang terjadi di Hari Raya Idul Fitri ini menyebabkan Aiptu Martua Sigalingging gugur ditikam pelaku yang berjumlah dua orang. Pelaku juga membakar pos polisi. Dalam serangan ini, satu pelaku tewas dan satu lainnya kritis.
Advertisement
Serangan kepada polisi kembali berlanjut, hanya berselang empat hari dari teror di Mapolda Sumut, dua aparat Brimob ditikam di Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dua anggota Brimob mengalami luka-luka, sehari jelang Hari Bhayangkara ke-71 yang diperingati pada 1 Juli.
Teror lainnya diterima Markas Polsek Kebayoran Lama. Polisi mendapati bendera dan surat berlambang ISIS di depan pagar Kantor Polsek. Selembar surat ancaman kepada anggota polisi dan TNI juga ditemukan di dalam botol. Teror memang tak menimbulkan korban, tapi seakan menegaskan polisi menjadi sasaran utama.
Mengantisipasi serangan teror, polisi mengeluarkan larangan bertugas sendirian dengan meminta bantuan Brimob. Di tengah banjir ucapan duka dan semangat untuk tak takut melawan teror, di media sosial terselip pula tuduhan rekayasa teror bom, maupun penyerangan ke arah polisi. Beberapa pengguna media sosial harus mempertanggungjawabkan apa yang mereka unggah ke dunia maya.
Ajakan agar masyarakat berperan aktif untuk memerangi terorisme terus disuarakan polisi, sembari meningkatkan kewaspadaan. Anggota Polres Jember Jawa Timur misalnya, berlatih manuver mobil serta bela diri tradisional. Polisi di sejumlah daerah pun meningkatkan kewaspadaan dengan menggelar simulasi demi mengantisipasi aksi penyerangan serupa.