Liputan6.com, Jakarta - Siti Aisyah tiba-tiba menitikkan air mata. Ia bergeming melihat alat berat meruntuhkan bangunan-bangunan liar di bantaran Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Di antara 355 bangunan yang ditertibkan petugas, adalah rumah Siti bersama keluarganya. Meski jauh dari kata mewah, tempat tinggalnya bak istana bagi Siti.
Kedua orangtua Siti telah menempati rumah ini lebih dari setengah abad. Dia pun dibesarkan di bantaran Sungai Ciliwung yang kini hanya tersisa tanah dan puing-puing bangunan.
Advertisement
"Saya udah lama di sini. Kalau orangtua sejak 1960 tinggal di sini," kata Siti Aisyah saat ditemui di lokasi penertiban Bukit Duri, Selasa (11/7/2017).
Begitu dua alat berat meruntuhkan bangunan yang telah ditempatinya berpuluh-puluh tahun itu, kenangan Siti bersama kedua orangtua dan masa kecilnya itu terlintas. Airmatanya menetes.
"Banyak kenangan saya di sini, orangtua meninggal di sini, cinta pertama saya di sini, saya dibesarkan di sini, nikah saya juga di sini. Tadi aja saya sedih," ujar Siti dengan mata berkaca-kaca.
Meski telah menetap di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek, Siti rela mendatangi tempat ia dibesarkan itu untuk menyaksikan detik-detik terakhir rumahnya diratakan dengan tanah.
Meski ada kepiluan, Siti tetap menerima kebijakan dari Pemprov DKI untuk menetap di Rusunawa Rawa Bebek.
Kini, Siti bersama suami yang bekerja sebagai kuli serabutan itu, serta kedua anaknya siap membuka lembaran baru di rumah relokasinya itu.
"Sebelumnya udah ada negosiasi sari kelurahan. Jadi saya udah tinggal di (Rusunawa) Rawa Bebek juga, sudah sebulan," ujar dia.
Kendati, Siti bersama warga korban penertiban Bukit Duri berharap Pemprov DKI dapat memberikan subsidi listrik dan air. Menurut dia, warga kewalahan membayar tagihan listrik dan air rusun.
"Beban aja bayar listrik dan air, kalau bisa disubsidi lah, kan kita di sini juga enggak ada perlawanan, nurut aja sama pemerintah," dia berharap.
Siti juga berharap Pemprov DKI dapat memperhatikan transportasi bagi anak-anak mereka yang tinggal di rusun. Sebab, jarak antara sekolah dengan Rusun Rawa Bebek cukup jauh.
"Transportasi kurang, kalau bisa ditambah lagi. Sekarang sih ada, tapi cuma satu. Kalau mau pergi sekolah itu penuh banget busnya. Kasihan kan anak-anak mau sekolah," Siti mengakhiri kisahnya.
Saksikan video menarik berikut ini: