Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso menyampaikan 50 persen peredaran narkoba di Indonesia dikendalikan dari lapas. Masalah ini sulit terselesaikan. Terlebih, pihak lapas beralasan kekurangan petugas jaga.
Pria yang akrab disapa Buwas itu pun jengkel. Saking jengkelnya, dia sampai memilih untuk menggunakan hantu kalau memang bisa untuk menjaga operasi barang haram di balik jeruji besi.
"Selalu berkelit kelebihan kapasitas. Manusianya kurang. Ya saya kan sudah sering bilang kalau sudah tidak percaya manusia ya kita kerja sama dengan buaya. Kalau bisa pakai hantu ya pakai hantu yang jaga," tutur Budi Waseso di Kantor BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (25/7/2017).
Bukan tanpa alasan. Penggunaan hewan dan bahkan makhluk gaib atau mistis itu dinilai jadi lebih relevan jika selalu saja muncul sipir yang ikut-ikutan terlibat peredaran narkoba di lapas.
Advertisement
Dia yakin buaya atau hantu lebih dapat dipercaya. Bandar narkoba tidak akan bisa bekerja sama dengan hewan atau hantu untuk memuluskan aksinya.
"Kan hantu tidak bisa disogok. Pakai kemenyan kali," jelas Buwas.
Hingga saat ini, BNN telah membuktikan masih ada oknum lapas yang bekerja sama dalam upaya peredaran narkoba. Untuk itu, pemerintah mesti bergerak cepat berbenah diri dan membangun ulang sistem lapas sehingga bandar narkoba semakin sulit menjalankan operasinya.
"Sampai hari ini seperti itu. Kemarin kita tangkap oknum dari lapas lagi. Jujur saja hari ini kita masih monitor jaringan lapas," Buwas menandaskan.
Sebelumnya, Buwas pernah merencanakan untuk membuat sebuah rumah tahanan khusus bagi para bandar narkoba. Ruang tahanan khusus itu nantinya akan dikelilingi kolam berisi buaya.
"Iya, memang saya membuat wacana pemikiran bagaimana tahanan yang untuk para bandar yang divonis hukuman mati khususnya itu ditaruh di satu tempat. Tempatnya yang dikelilingi kolam buatan, kolam itu diisi buaya. Buaya rawa dan buaya laut," kata Budi di Jakarta, Sabtu 7 November 2015.
Saksikan video berikut ini: