Sukses

Syafii Maarif: Setiap Warga Harus Lapang Dada Terima Kebinekaan

Ia mengakui, paham radikal dan terorisme merupakan ancaman bagi kebinekaan.

Liputan6.com, Jakarta - Tokoh kebangsaan yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, setiap warga negara harus menghargai dengan lapang dada kebinekaan bangsa.

"Kebinekaan itu harus kita hargai dalam diri kita masing-masing, jangan ada pemaksaan. Juga harus ada toleransi autentik yang tidak dibuat-buat," kata Syafii di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2017.

Ia pun mengakui paham radikal dan terorisme merupakan ancaman bagi kebinekaan, karena penganut paham ini merasa paling benar dan tidak segan menyerang pihak yang berbeda.

Menurut dia, sangat tidak logis kelompok-kelompok radikal seperti ISIS atau Boko Haram di Nigeria mengklaim sebagai bagian dari Islam, agama yang notabene sangat toleran.

"Bahkan ada dalam bacaan salah satu ayat Alquran disebutkan orang Ateis pun berhak hidup di atas Bumi. Artinya perbedaan itu adalah hak, sehingga kita harus saling menjaga, bukan saling meniadakan," kata Buya, sapaan akrabnya.

Ia menyayangkan dengan maraknya radikalisme dan terorisme, banyak ayat-ayat Alquran yang salah ditafsirkan. Ironisnya, penafsiran yang salah itu digunakan untuk meracuni orang lain agar mengikuti ideologi kekerasan ala kelompok radikal.

Menurut dia, kelompok teroris sesungguhnya menggunakan ajaran dari peradaban Arab yang sedang kalah, bukan ajaran Islam.

"Saya menyebutnya rongsokan peradaban Arab. Ironisnya, rongsokan peradaban yang sudah kalah di Arab itu justru dibeli di sini. Bodoh sekali mereka itu. Semua terjadi karena wawasan, bacaan, dan pergaulan mereka terbatas," ucap Syafii Maarif seperti dikutip dari Antara.

Ia mengatakan orang yang kalah gampang kalap. Harusnya supaya tidak kalap, mereka belajar agama yang benar dan berlapang dada.

"Coba saja cari di Alquran, apakah Islam mengajarkan teror? Tidak ada," kata dia.

Puji BNPT

Syafii memuji kebijakan Kepala BNPT Suhardi Alius yang menggunakan pendekatan bahasa hati dan ekonomi dalam menjalankan penanggulangan terorisme, terutama dalam mendekati dan merangkul mantan kombatan.

Salah satunya peresmian Masjid Baitul Muttaqien dan Taman Pendidikan Anak (TPA) di kampung bomber (para pengebom) Bom Bali Amrozi cs yang dikelola Yayasan Lingkar Perdamaian yang dipimpin mantan teroris, Ali Fauzi, beberapa hari lalu.

"Pendekatan berbahasa hati dan sosial ekonomi lebih utama. Mereka anak-anak kita, bangsa kita yang mentalnya labil dan rentan pengaruh dari luar. Pendekatan inilah yang membuat kelompok radikal sekarang terlihat agak jinak," kata Syafii.

 

Saksikan video menarik berikut ini: