Sukses

Akhir Kisah Dendam Asmara Pengorder Fiktif Gojek

Sakit hati lantaran cintanya ditolak oleh dua pria, Arti balas dendam dengan mengirim order fiktif via Gojek.

Liputan6.com, Jakarta Penyidik Polres Jakarta Timur resmi menetapkan Sugiharti atau Arti sebagai tersangka kasus order fiktif Gojek dan pencemaran nama baik terhadap pegawai bank swasta, Julianto Sudrajat atau Jajat, serta petugas PPSU bernama Ahmad Maulana alias Dafi.

Dari hasil pemeriksaan, Arti mengaku melakukan order fiktif dibantu oleh dua keponakannya berinisial R dan FH. Dalam pemeriksaan, Arti juga mengaku berbuat itu atas dorongan rasa dendam lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Arti mengaku, motifnya sakit hati dia karena cintanya ditolak. Dendamlah dia ini ceritanya. Mengakui perbuatannya," kata Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Dia menegaskan, sejauh ini penyidik belum menemukan motif lain selain asmara. Arti mengaku kecewa lantaran cintanya tidak direspons positif oleh Jajat.

Padahal, Arti berharap dari pertemuan dengan Jajat dan Dafi bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.

"Urusan asmara sementara. Kita dalami juga kan dari adiknya (keponakannya)," ujar Andry.

Terkait penangkapan Arti, Julianto mengaku bersyukur. Dia berharap tidak ada lagi kejadian serupa di kemudian hari.

"Saya sangat bersyukur. Karena biar enggak ada korban lagi," kata Julianto.

Julianto membuka peluang untuk mediasi. Meski demikian, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.

"Dan kalau untuk mediasi, saya tunggu instruksi polisi. Karena kita kan harus taat hukum," ujar Julianto.

Dalam kasus ini, Julianto dan Dafi mengaku menjadi korban order fiktif jasa transportasi berbasis aplikasi. Pertama berupa layanan Go-Food.

Jajat dan Dafi sama-sama mencurigai Sugiarti alias Arti yang merupakan mantan kekasih mereka sebagai dalangnya.

2 dari 3 halaman

Kisah Asmara Sugiarti

Petugas PPSU Ahmad Maulana juga menjadi korban order fiktif ojek online. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Ahmad Maulana mengaku bertemu A alias Arti atau Sugiarti di media sosial Facebook. Namun, saat bertemu foto dengan aslinya berbeda.

"(Pacaran) cuma dua mingguan. Kenal di Facebook, ketemu dekat rumahnya. Saya samperin, ternyata lain sama fotonya," kata Ahmad saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu, 8 Juli 2017 malam.

Meski wajah A berbeda dengan foto di Facebook, Ahmad mencoba menjalin hubungan dengan perempuan itu. Ia bahkan pernah bertemu keluarga A.

"Pernah ke rumahnya dua minggu sebelum puasa. Biasa aja, silaturahmi kedua orangtua," tutur Ahmad.

Berjalan dua minggu, Ahmad mengatakan A pernah memintanya untuk menikahi dia. Namun, Ahmad belum juga menemukan rasa suka terhadap wanita itu dan memutuskan hubungan dengan A.

Sikap petugas PPSU yang memutuskan hubungan membuat A tidak suka. Apalagi Ahmad pernah meminjam uang A Rp 200 ribu untuk membeli kuota internet.

Dari sini-lah, ujar Ahmad, A mulai menerornya, meski belakangan utang itu telah dibayar. "Saya sudah bayar, tapi masih diteror. Datang makanan. Dia WA (WhatsApp)," papar Ahmad.

Teror tersebut berlangsung saat bulan Ramadan Juni lalu. Pada teror pertama, Ahmad dikirimi martabak seharga Rp 300 ribu. Namun tak dibayarkan di tempat kerjanya. Kemudian berlanjut nasi goreng seharga Rp 350 ribu yang juga tak dibayarkannya.

"Yang ketiga saya bayar seharga Rp 500 ribu, lima box (kotak)," tutur Ahmad.

Dia merasa yakin teror itu dilakukan oleh A, terduga yang sama dilakukan terhadap Julianto. Sebab saat hubungan asmaranya diputus, Ahmad mendapat ancaman dari A.

"Dari awal ngancem. Kalau putus, kamu dapat masalah. Saya teror dari pihak online. Saya enggak tahu online apaan, dong. Ternyata Gojek, Grab Bike, sama yang mobil Go-Car dipesenin itu juga, semuanya. Terus makanan dibawa ke rumah saya, sampai orangtua saya marah-marah," cerita Ahmad.

Sementara Arti mengatakan, ia lebih dulu mengenal Julianto melalui media sosial Facebook pada 26 Desember 2016. Dari perkenalan itu, Julianto sempat menyatakan keseriusan terhadap Arti. Bahkan, Julianto sudah meminta izin bertemu orangtua Arti guna melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

"Dia sempat minta izin ketemu orangtua Arti pengin serius sama Arti untuk menikah," kata Arti.

Hanya saja, keinginan itu kandas. Julianto tiba-tiba saja menghilang. Aplikasi pesan singkat Whatsapp dari Arti juga diblokir Julianto.

Sementara, Arti mengenal Dafi awal Ramadan Juni lalu. Dafi bahkan sudah datang ke rumah Arti dan meminta izin untuk menikahinya.

Tak berapa lama kenal, Dafi meminjam uang Arti Rp 700 ribu. Dafi beralasan, uang itu akan digunakan untuk membayar utang sang ibu. Arti kemudian mengirim uang Rp 200 ribu ke Dafi.

"Setelah aku transfer, WA, Facebook aku diblokir dan tinggalin aku, tidak ada kata putus. Malahan aku dijahatin, di-bully banyak orang medsos," ucap dia.

3 dari 3 halaman

Bantahan Arti

 

Puluhan GO-JEK berjoget ria saat mengikuti acara GO-JEK Hero Day di Jakarta, Minggu (20/11). Dalam acara tersebut GO-JEK meluncurkan program SWADAYA yang bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan para mitra driver GO-JEK. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada Minggu, 9 Juli 2017 lalu, Sugiarti atau Arti membantah jadi dalang teror order fiktif gojek. Ia menyebut, tidak pernah terlibat dalam teror order makanan palsu itu.

"Sumpah demi Allah SWT, saya tidak pernah pesan (order palsu)," tegas Arti.

Arti memang mengenal Julianto maupun Dafi, sapaan akrab Ahmad Maulana. Keduanya sempat memiliki hubungan spesial dengan Arti. Namun, hubungan Arti dengan Julianto dan Dafi kandas di tengah jalan.

Ia menduga, order palsu itu memang berasal dari ponsel miliknya. Namun, ponsel itu telah hilang pada 7 Juni 2017. "HP saya hilang 7 Juni 2017," ungkap dia.

Awalnya, dia membiarkan saja ponselnya hilang. Tapi, karena ada masalah ini, dia berniat melaporkan kehilangan ponsel ke polisi. Dengan begitu, dia tidak lagi dituding menjadi dalang order palsu kepada kedua mantan kekasihnya itu.

"Saya mau lapor kejadian HP hilang biar masalah ini tidak berlarut-larut, cepat clear," ucap Arti.