Liputan6.com, Serang - Kesulitan ekonomi membuat Sarbini menempati rumah yang merupakan bekas kandang kambing di kawasan Serang, Banten. Dia tinggal bersama 13 anaknya di sebuah ruangan berukuran 3x4 meter yang ditutupi kain terpal.
Pria 52 tahun itu menghidupi anak-anaknya dengan menjadi buruh serabutan. Setiap hari, penghasilannya tidak menentu.
Dia menuturkan, anak-anaknya sering diminta tetangga untuk membantu pekerjaan mereka. Misalnya, dari memanjat pohon kelapa hingga mengangkut batu bata. Upah yang didapat bisa untuk makan sehari-hari.
Advertisement
"Makan sehari-hari ada aja, Allah yang ngatur. Kadang anak-anak kuli ngoyos (bajak sawah), ada yang ngajak panen," kata Sarbini di rumahnya di Kecamatan Keragilan, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (2/8/2017).
Meski begitu, Sarbini beserta anak-anaknya lebih sering makan dari pemberian tetangga di kampungnya, Kampung Palembangan, Desa Dukuh.
Sarbini mengatakan, untuk masak makanan, ada kalanya memakai kayu. "(Masak) Kadang di kayu. Kadang kalau ada duit beli tabung," kata dia.
Dia bersama ke-13 anaknya juga kerap memanfaatkan sungai di dekat rumah untuk mandi, mencuci baju, hingga urusan lain.
"Dekat kalinya, sebelah tembok (pagar)," ucap Sarbini.
Sarbini bercerita, dia menghidupi anak-anaknya seorang diri setelah sang istri meninggal. Anak-anaknya bernama Hamilatul Quran, Mugni Labib, Muhimin, Khotibul Umami, Syahrir Abror, Sanubari, Baharudin Noval, Siti Mutiara, Muhammad AS, Siti Zahrah, Zuhro, Bening, dan Ashuril Hurum. Sedangkan anaknya yang telah meninggal adalah Mutiara, Abdullah, Abdillah, Hamid, dan Mahmud.
Sarbini mengatakan, ke-13 anaknya tidak ada yang mengenyam bangku pendidikan. Dia mengajarkan sendiri ilmu-ilmu pengetahuan yang diketahuinya.
"Enggak ada (yang sekolah). Sekolah sendiri aja di sini. Bapak saja yang ngajar," ucap dia.
Anak-anak yang paling besar, yaitu Hamilatul Quran, Mugni Labib, dan Muhimin telah menikah. Mereka meninggalkan rumah bekas kandang kambing dan tinggal bersama pasangannya masing-masing.
Â
Saksikan video di bawah ini: