Liputan6.com, Kupang: Sebanyak tiga gunung api di Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin menunjukkan peningkatan aktivitas setelah berada dalam status waspada sejak April 2010. Sementara di NTT ada sekitar 16 gunung api.
"Ketiga gunung itu adalah Gunung Rokatenda di Pulau Palue (875 meter), Gunung Egon (1.703 meter) yang terletak sekitar 40 kilometer dari Maumere, Kabupaten Sikka dan Gunung Api Lewo Tobi di Kabupaten Flores Timur (sekitar 780 meter) di atas permukaan laut (MDPL)," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Egon, Yoseph Suryanto, ketika dihubungi dari Kupang, Rabu (3/11).
Yoseph menjelaskan, dari tiga gunung api itu, Gunung Egon yang rutin menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dibanding dua gunung lainnya, masing-masing Rokatenda dan Lewo Tobi yang masih antara meningkat lalu kembali melemah.
"Umumnya peningkatan aktivitas seperti itu akibat adanya aktivitas dari gunung itu sendiri yang mengakibatkan adanya gesekan-gesekan batuan dalam gunung itu, sehingga lama kelamaan terjadi letusan," katanya.
Menurut Yoseph, hasil pengamatan langsung petugas pos Gunung Egon menunjukkan, adanya hembusan awan putih muncul dari kawah mencapai ketinggian 15-25 meter disertai tekanan gas lemah. Kondisi yang sama juga terjadi pada Gunung Rokatenda dan Lewotobi di Kabupaten Flores Timur yang dipantau secara visual dari Region Egon di Maumere-Flores.
"Memang saat ini ada peningkatan aktivtias visual dan penggempaan, sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai keadaan ini," katanya.
Bahkan pada Rabu (27/10), lanjut Yoseph, kawah Gunung Egon tertutup kabut, sehingga cukup mengkhawatirkan penduduk sekitar. Kondisi keadaan ketiga gunung merapi telah dilaporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Badan
Vulkanologi Bandung untuk terus melakukan pemantauan terkait aktivitas sejumlah gunung berapi, terutama berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk lebih awal memberi peringatan ke masyarakat yang tinggal di sekitar kaki ketiga gunung itu.
   Â
"Kami telah melaporkan status waspada ketiga gunung api ini dan tingkat aktivitas ke pemerintah daerah setempat, sehingga lebih awal memberi peringatan kepada masyarakat agar selalu siap dan siaga, ketika terjadi letusan dapat menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Jakarta, Selasa, meminta masyarakat mewaspadai peningkatan aktivitas sejumlah gunung berapi di Indonesia.
"Ada 19 gunung berapi yang kini menunjukkan peningkatan aktivitas," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Jakarta, Selasa, (2/11).
Agung menjelaskan, 19 gunung tersebut berstatus waspada saat ini. "Status gunung berapi itu dimulai dari normal, waspada, siaga dan yang paling tinggi adalah awas, sementara waspada berarti memiliki peningkatan aktivitas," katanya.
Meski tidak menyebutkan secara rinci 19 gunung dimaksud namun Agung menyebutkan salah satu contoh adalah Gunung Krakatau yang berada di wilayah Selat Sunda.
Agung juga meminta masyarakat tidak panik meskipun harus tetap waspada. "Yang terpenting adalah mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh pemerintah, bila ada anjuran untuk mengungsi atau menjaga jarak aman maka masyarakat harus mematuhinya agar tidak menimbulkan korban jiwa," katanya. (Ant)
"Ketiga gunung itu adalah Gunung Rokatenda di Pulau Palue (875 meter), Gunung Egon (1.703 meter) yang terletak sekitar 40 kilometer dari Maumere, Kabupaten Sikka dan Gunung Api Lewo Tobi di Kabupaten Flores Timur (sekitar 780 meter) di atas permukaan laut (MDPL)," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Egon, Yoseph Suryanto, ketika dihubungi dari Kupang, Rabu (3/11).
Yoseph menjelaskan, dari tiga gunung api itu, Gunung Egon yang rutin menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dibanding dua gunung lainnya, masing-masing Rokatenda dan Lewo Tobi yang masih antara meningkat lalu kembali melemah.
"Umumnya peningkatan aktivitas seperti itu akibat adanya aktivitas dari gunung itu sendiri yang mengakibatkan adanya gesekan-gesekan batuan dalam gunung itu, sehingga lama kelamaan terjadi letusan," katanya.
Menurut Yoseph, hasil pengamatan langsung petugas pos Gunung Egon menunjukkan, adanya hembusan awan putih muncul dari kawah mencapai ketinggian 15-25 meter disertai tekanan gas lemah. Kondisi yang sama juga terjadi pada Gunung Rokatenda dan Lewotobi di Kabupaten Flores Timur yang dipantau secara visual dari Region Egon di Maumere-Flores.
"Memang saat ini ada peningkatan aktivtias visual dan penggempaan, sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai keadaan ini," katanya.
Bahkan pada Rabu (27/10), lanjut Yoseph, kawah Gunung Egon tertutup kabut, sehingga cukup mengkhawatirkan penduduk sekitar. Kondisi keadaan ketiga gunung merapi telah dilaporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Badan
Vulkanologi Bandung untuk terus melakukan pemantauan terkait aktivitas sejumlah gunung berapi, terutama berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk lebih awal memberi peringatan ke masyarakat yang tinggal di sekitar kaki ketiga gunung itu.
   Â
"Kami telah melaporkan status waspada ketiga gunung api ini dan tingkat aktivitas ke pemerintah daerah setempat, sehingga lebih awal memberi peringatan kepada masyarakat agar selalu siap dan siaga, ketika terjadi letusan dapat menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Jakarta, Selasa, meminta masyarakat mewaspadai peningkatan aktivitas sejumlah gunung berapi di Indonesia.
"Ada 19 gunung berapi yang kini menunjukkan peningkatan aktivitas," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Jakarta, Selasa, (2/11).
Agung menjelaskan, 19 gunung tersebut berstatus waspada saat ini. "Status gunung berapi itu dimulai dari normal, waspada, siaga dan yang paling tinggi adalah awas, sementara waspada berarti memiliki peningkatan aktivitas," katanya.
Meski tidak menyebutkan secara rinci 19 gunung dimaksud namun Agung menyebutkan salah satu contoh adalah Gunung Krakatau yang berada di wilayah Selat Sunda.
Agung juga meminta masyarakat tidak panik meskipun harus tetap waspada. "Yang terpenting adalah mengikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh pemerintah, bila ada anjuran untuk mengungsi atau menjaga jarak aman maka masyarakat harus mematuhinya agar tidak menimbulkan korban jiwa," katanya. (Ant)