Liputan6.com, Yogyakarta: Letusan Gunung Merapi yang sangat besar dan terus menerus selama hampir 36 jam lebih, menyebabkan sejumlah mesin alat pencatat gempa milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) rusak, karena tertimbun material letusan.
Dari empat alat pencatat gempa dan awan panas yang dipasang di empat titik di lereng Gunung Merapi, kini tinggal satu alat yang masih berfungsi. Padahal selama ini alat inilah yang diandalkan oleh BPPTK Yogyakarta untuk mencatat dan memberi laporan aktifitas Merapi.
Alat pencatat gempa itu yang rusak itu terletak di daerah Pusunglondon, kemudian Deles dan disusul Klatakan. Sedangkan alat yang masih berfungsi terletak di Plawangan, yang bisa memberikan laporan luncuran awan panas dan gempa di lereng gunung merapi.
Kondisi aktifitas erupsi Gunung Merapi yang belum turun menghambat petugas BPPTK Yogyakarta memasang alat baru. Pagi ini BPPTK Yogyakarta rencananya akan mencoba memasang alat baru untuk mengganti tiga alat pencatat gempa yang rusak. (MLA)
Dari empat alat pencatat gempa dan awan panas yang dipasang di empat titik di lereng Gunung Merapi, kini tinggal satu alat yang masih berfungsi. Padahal selama ini alat inilah yang diandalkan oleh BPPTK Yogyakarta untuk mencatat dan memberi laporan aktifitas Merapi.
Alat pencatat gempa itu yang rusak itu terletak di daerah Pusunglondon, kemudian Deles dan disusul Klatakan. Sedangkan alat yang masih berfungsi terletak di Plawangan, yang bisa memberikan laporan luncuran awan panas dan gempa di lereng gunung merapi.
Kondisi aktifitas erupsi Gunung Merapi yang belum turun menghambat petugas BPPTK Yogyakarta memasang alat baru. Pagi ini BPPTK Yogyakarta rencananya akan mencoba memasang alat baru untuk mengganti tiga alat pencatat gempa yang rusak. (MLA)