Liputan6.com, Bekasi - Hidup M Alzahra alias Joya berakhir tragis. Dia tewas setelah dianiaya dan dibakar hidup-hidup oleh warga di Pasar Muara Bakti, Babelan, Bekasi, lantaran dituding mencuri amplifier di Musala Al Hidayah.
Tragedi amplifier berdarah itu bermula dari kejadian di Musala Al Hidayah, tempat Joya menunaikan salat Ashar. Tempat salat yang berada di Pondok Cabang Empat, RT 2/1, Babelan, Kabupaten Bekasi, itu memang posisinya terletak di pinggir jalan.
Musala yang berdiri di tanah wakaf tersebut berada tepat di halaman rumah Rojali. Pria 41 tahun ini mengaku yang pertama melihat Joya menunaikan salat Ashar.
Advertisement
"Ia masuk tanpa permisi dan langsung membuka pintu Musala. Yang buat curiga, setelah salat, ia tidak menutup pintu kembali," kata Rojali kepada wartawan di Bekasi, Senin 7 Agustus 2017.
Saat menunaikan salat Ashar, Joya memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Rojali pun tidak mengetahui secara pasti dari arah mana korban datang ke Musala.
Musala berwarna biru itu hanya dilintasi satu jalan saja. Sebelah kanannya, terdapat jalan yang mengarah ke sebuah kampung bernama Desa Pondok. Desa itu adalah pemukiman warga paling pojok, sebelum mendapati pangkalan minyak milik PT Pertamina dan laut.
Sedangkan, sebelah kiri Musala jalan yang sama menuju tempat Joya diamuk dan dibakar warga di Pasar Muara Bakti. Jalan itu merupakan jalan yang pasti dilewati Joya, ketika hendak pulang ke rumahnya di Cikarang Utara.
Awal Tragedi Amplifier
Rojali mengaku informasi hilangnya amplifier didapat dari Haji Zainul, yang juga kakak dari istrinya, Sumiyati. Zainul saat itu datang untuk berbenah jelang acara peringatan haul orangtuanya.
"Dia bilang ampli enggak ada, saya bilang padahal masih ada saya pakai azan Ashar. Saya jalan kemudian masuk ke musala, betul ampli udah enggak ada. Saya lihat kok kabelnya juga putus," ujar dia.
Rojali menuturkan, amplifier itu terletak di sebuah ruang kecil Musala, tepatnya di samping kiri tempat imam memimpin salat berjemaah. Di ruangan 1x1 meter itu, terdapat barang-barang lainnya yang cukup berdebu. Ada dua amplifier bekas berwarna hitam dan sebuah lemari yang di atasnya terdapat sajadah atau karpet.
Di atas sajadah itulah, lanjut Rojali, seharusnya amplifier itu ada. Alat tersebut biasa digunakan untuk mengeraskan suara Adzan dari musala Al-Hidayah.
Mengetahui amplifier raib, sontak Rojali langsung menyalakan sepeda motornya. Dia berusaha mengejar pria asing yang diketahui keluar musala sekitar 10 menit yang lalu.
"Saya dari tadi emang udah curiga sama dia," ungkap Rojali.
Dalam pencarian itu, Rojali juga diketahui sempat memanggil beberapa pemuda yang kebetulan lewat untuk bersama-sama memburu si pelaku. Akhirnya ia menemukan Joya di dekat Jembatan Pasar Muara atau berjarak 4,1 kilometer dari Musala Al-Hidayah, tempat hilangnya amplifier tersebut.
Seorang warga mengatakan, saat itu ada tiga pria yang berteriak maling ke arah Joya. Mendengar teriakan itu mengarah kepada dirinya, pria yang menaiki motor bebek tersebut langsung melompat ke kali yang dangkal dan pekat lumpur serta bersampah.
Di bawah jembatan yang menghubungkan Desa Muara dan Desa Sukatenang tersebut, Joya tak bisa berbuat banyak. Di atas jembatan banyak pemuda yang tengah meminta sumbangan untuk acara Kemerdekaan. Dan juga dekat pangkalan ojek dan pertigaan pasar.
"Enggak tahu jelasnya, tapi udah rame orang teriak maling. Itu ketangkepnya pas di deket jembatan," ucap Ijal, warga setempat.
Dari lokasi ini, Joya kemudian ditarik massa ke arah Pasar. Tempat yang berdiri deretan ruko. Di tempat ini, Joya meregang nyawa secara mengenaskan. Warga menganiaya dan membakarnya hidup-hidup, tepat di depan toko Hasil Tani Furniture.
Advertisement
Kronologi versi Polisi
Sementara itu, kronologi kejadian lainnya juga diungkapkan oleh pihak kepolisian. Kapolres Bekasi Kombes Pol Asep Adi Saputra menuturkan, sebelum dibakar, dua saksi yang jadi pengurus musala telah memperhatikan gerak-gerik korban. Dia tampak mengambil air wudu sebelum masuk ke musala.
Setelah keluar, dia diduga membawa amplifier milik musala. Salah seorang saksi pun langsung menegur. Namun, Joya memilih kabur menggunakan sepeda motornya.
"Pelaku langsung melarikan diri sehingga warga melakukan pengejaran," kata Asep di Bekasi, Jumat (4/8/2017).
Kondisi jalanan yang cukup padat di Pasar Muara, Bekasi membuat pelarian Joya tersendat. Dia sempat turun dari motor dan hampir melompat ke sungai. Namun, warga yang mendengar teriakan maling langsung berkerumun dan menangkap pekerja reparasi amplifier itu.
Joya langsung dikeroyok hingga babak belur. Tak berhenti sampai di situ, ada pelaku yang berinisiatif membakar tubuh Joya. Dia akhirnya meninggal setelah aksi pembakaran tersebut.
"Kalau kita melihat dari persesuaian, keterangan saksi, barang bukti, dan olah TKP (tempat kejadian perkara) ulang, dan kita dalami kembali, kita menyimpulkan bahwa benar adanya dugaan atas peristiwa tersebut. Dan dugaan terhadap pelaku yang mengambil itu juga semakin kuat dengan fakta-fakta itu," jelas Asep.
Saat ini, Polres Bekasi sudah memeriksa sepuluh saksi atas kasus pengeroyokan dan pembakaran ini. Dari pemeriksaan itu, polisi menetapkan dua orang tersangka masing-masing berinisial NMH atau NA dan SH atau SU. Keduanya sempat diperiksa sebagai saksi sebelum akhirnya ditetapkan menjadi tersangka.
Peran kedua pelaku adalah menendang Joya saat pengeroyokan terjadi. Namun, keduanya tidak terlibat aksi pembakaran. N menendang di perut sekali dan punggung dua kali sedangkan SH menendang punggung dua kali.
Saksikan video menarik di bawah ini: