Liputan6.com, Yogyakarta - Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto menegaskan, penerapan bela negara harus dengan cara witing tresno jalaran soko kulino, sebuah peribahasa Jawa yang berarti tumbuhnya cinta karena telah terbiasa. Hal itu dikaitkan dengan perasaan cinta dan bela Tanah Air yang dirasakan publik karena terbiasa.
"Di Indonesia diwujudkan dalam banyak slogan, naik becak, masuk restoran, taksi, semua ada slogan bela negara, seperti slogan 'Saya Pancasila'," ujar Wiranto dalam orasi kebangsaan seusai melantik Pengurus Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu 9 Agustus 2017.
Ia bercerita, sepulang dari Turki beberapa waktu lalu, ada nilai yang bisa dia petik. Turki berbatasan dengan Suriah, negara tempat bernaungnya ISIS, sebenarnya ingin membuat tembok pembatas. Namun, hal itu sulit dilakukan, sehingga Turki memilih untuk membuat 'tembok' di hati warganya.
Advertisement
"Bendera-bendera besar Turki dikibarkan di mana-mana, dan bisa dibilang rasio terorisme di Turki kecil, padahal negaranya berbatasan dengan Suriah," kata Wiranto.
Ia juga mengungkapkan, ada perubahan ancaman yang dihadapi Indonesia saat ini. Sewaktu dia mengenyam pendidikan militer pada 1965, ancaman negara adalah invasi militer. Saat ini, ancaman bukan invasi militer karena biayanya mahal dan tidak menguntungkan secara geopolitik.
"Berganti perang budaya, ekonomi, radikalisme, human trafficking, dan masalah lainnya. Rakyat belum paham kalau itu ancaman, hanya dianggap bagian dari kehidupan masyarakat yang dinamis," tutur Wiranto.
Oleh karena itu, dia merasa perlu adanya kesadaran membangunkan masyarakat tentang potensi ancaman yang ada, sehingga kewajiban bela negara bisa terpenuhi.
Saksikan video berikut ini: