Sukses

Komisi III: MK Indonesia Mempunyai Peran yang Baik di AACC

Habib Aboe Bakar Al-Habsyi melihat kredibilitas Mahkamah Konstitusi Indonesia yang mempunyai peran baik dalam asosiasi AACC

Liputan6.com, Solo Anggota Komisi III, Habib Aboe Bakar Al-Habsyi menilai Simposium Association of Asian Constitutional Courts and Equivalent Institution (AACC) mampu menjaga baik hubungan internasional, Kamis (10/8/2017).

Acara yang digelar di Hotel Alila, Solo itu dihadiri oleh 13 negara yang tergabung dalam asosiasi Mahkamah Konstitusi se-Asia. Selain itu dihadiri pula negara lain, seperti perwakilan Eropa dan Timor Leste.

“Dari acara ini, kita bisa melihat kredibilitas Mahkamah Konstitusi Indonesia yang mempunyai peran baik dalam asosiasi tersebut. Selain itu tema yang diambil pun kekinian dengan kondisi Indonesia saat ini,” ujar Anggota Komisi III dari Fraksi PKS saat ditemui Liputan6.com, Kamis (10/8/2017).

Ia melanjutkan, melalui acara ini bisa melihat cara pandang masing-masing negara tentang demokrasi di tengah pluralitas masyarakat internasional. Nantinya, akan terlihat titik persamaan dan perbedaan dari masing-masing,

“Saya melihat para delegasi itu mempunya pandanganya masing-masing setiap negara. Hal itu bisa sharing dan mengetahui solusi bersama,” tutur Habib Aboe Bakar Al-Habsyi.

Habib Aboe Bakar Al-Habsyi melanjutkan, acara ini bisa diimplementasikan yang sedang dihadapi oleh Indonesia.

"Banyak sekali, salah satunya seperti dari masalah penyadapan dan isu teroris," imbuh Habib Aboe Bakar Al-Habsyi.

Melihat peran MK Indonesia, Lanjut Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, bahwa kinerja baik Mahkamah Konstitusi tidak lepas dari peran aktif ketua, Arief Hidayat. Hal itu bias dilihat dari keputusan Arief menjabat kembali sebagai Presiden AACC tahun lalu. 

“Ya, hal itu saat acara tahun lalu yang diselnggarakan di Bali. Selain itu dibawah kepemimpinan Arief Hidayat MK Indonesia bias dipandang baik oleh negara lain,” ujar Habib Aboe Bakar Al-Habsyi.

Ia mengaku lewat acara simposium ini bisa belajar dari delegasi lainnya. Salah satunya belajar dari Republik Armenia, negara itu tidak mengenal istilah ideologi negara. Selain itu ada pula Mongolia yang juga tidak mengenal ideologi negara secara spesifik dalam konstitusi.

“Di Armenia, kemanusiaan adalah nilai tertinggi yang diatur dalam konstitusi mereka. Nah. untuk Mongolia, nilai ini yang dikembangkan secara menyeluruh melalui konstitusi dan diamandemen 2010 dikenal istilah National Basic Structure atau Fundamental Structure. Nilai ini yang dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Mongolia,” ujar Habib Aboe Bakar Al-Habsyi.

Tak hanya menilai simposium AACC itu positif, Habib juga menilai bahwa pemilihan lokasi simposium juga sangat tepat. Pasalnya, dengan diadakan di Solo, habib menilai bisa sekaligus mempromosikan pariwisata Solo.

“Dari awal ikut acara ini, saya melihat acara ini sarat budaya dan pariwisata. Mulai dari tari-tarian menyambut para delegasi. Nantinya mereka juga di ajak ke Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Tentu hal itu bisa memperkenalkan Indonesia,” imbuh Habib Aboe Bakar Al-Habsyi.

 

 

(*)