Sukses

Hukum Rimba di KRL Jakarta

Dalam kondisi padat saat jam kerja, kursi di gerbong wanita KRL menjadi primadona. Hukum rimba seolah berlaku di sana.

Liputan6.com, Jakarta - Nila Chrisna harus bersabar mencari tempat duduk kosong di gerbong khusus wanita KRL jurusan Jakarta-Bogor. Kursi prioritas telah terisi penuh oleh ibu hamil dan yang membawa balita.

Di deretan kursi lain, ia meminta penumpang lain agar bersedia memberikan tempat duduk. Ini dilakukan lantaran jarak perjalanan dari Stasiun ke tujuannya, Stasiun Citayam lumayan jauh.

"Maaf boleh saya minta tempat duduk, saya sedang hamil," pinta Nila kepada penumpang lain, 10 Agustus 2017.

Namun, permintaannya diabaikan oleh sederet penumpang laki-laki dan perempuan yang duduk di kursi biasa. KRL pun mulai jalan dan ia harus menahan badan dari guncangan. Padahal saat itu kondisinya sedang lemas karena pusing dan mual.

Nila tak putus asa. Dia terus berjalan berupaya mencari tempat duduk dari deretan kursi satu ke deretan lainnya di tengah padatnya penumpang yang berdiri. Beruntung, setelah beberapa lama mencari kursi, ada seorang wanita muda baik hati yang bersedia memberikan kursinya. "Terimakasih," ucap dia kepada sang wanita muda tersebut.

Dalam kondisi padat saat jam kerja, kursi di gerbong wanita menjadi primadona. Semua penumpang berebut untuk mendapatkan tempat duduk. Hukum rimba pun seolah berlaku. Siapa yang kuat dia menang. Siapa cepat dia yang dapat kursi tanpa peduli kondisi sesamanya.

Padahal, sejatinya gerbong wanita dibuat untuk mengurangi aksi pelecehan seksual yang kerap terjadi dan untuk memprioritaskan ibu hamil, manula, dan balita. Namun hal itu tidak berlaku kala penumpang tengah dalam posisi enak alias PW (Posisi Wenak). Bahkan ucapan tak mengenakkan kerap terdengar.

"Syukurlah dapat tempat duduk di KRL, tapi kalau tiba-tiba ada ibu hamil masuk, itu tuh yang bikin sebel," kata dia kepada temannya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

2 dari 4 halaman

Penumpang Saling Jambak

Kejadian adu fisik sempat mewarnai kehidupan di gerbong wanita. Sebuah rekaman memperlihatkan dua wanita sedang jambak-jambakan di salah satu bangku KRL. Video dua wanita yang merupakan penumpang Commuter Line tersebut menjadi viral di media sosial.

Keributan itu disebut-sebut akibat salah paham. Kedua perempuan saling menjambak rambut sambil duduk di atas bangku kereta khusus wanita (KKW).

Penumpang lain di gerbong tersebut berusaha melerai keduanya. Namun dua perempuan itu tidak menghiraukan, hingga adu jambak berlangsung sekitar 15 menit.

Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa mengatakan, adu jambak dua penumpang commuter line itu terjadi beberapa hari lalu, yang diduga akibat salah paham.

"Itu kejadian beberapa waktu lalu, bukan baru terjadi. Nah, penyebabnya salah paham aja, soal tempat duduk sepertinya," ujar Eva kepada Liputan6.com, Selasa 16 Mei 2017.

Eva pun mengimbau kepada pengguna jasa commuter line, khususnya penumpang wanita, agar menjaga ketertiban dan tidak membuat keributan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan penumpang lain.

"Penumpang untuk menjaga ketertiban dan tidak membuat keributan yang mengganggu kenyamanan penumpang lain," ujar dia.

Menurut Eva, jika penumpang sengaja membuat keributan di commuter line, pihaknya tidak akan segan menurunkan di stasiun terdekat. Bahkan jika menimbulkan korban akan dibawa ke polisi.

"Tindakan yang akan dilakukan maka akan diturunkan di stasiun terdekat, apabila hingga menyebabkan korban luka dan ada korban yang tidak terima, maka akan dibawa ke pos pengamanan, untuk selanjutnya diarahkan ke pihak berwajib," dia menegaskan.

Dalam kasus dua wanita jambak-jambakan ini, kata Eva, petugas memberikan sanksi kepada keduanya dengan diturunkan di stasiun terdekat.

"Mereka diturunkan di stasiun terdekat. Tidak sampai pihak berwajib karena tidak ada salah satu pihak yang mau membuat laporan ke pihak berwajib," dia menegaskan.

3 dari 4 halaman

Selonjoran di Bangku

Tak hanya aksi jambak-jambakan, kejadian lain yang menarik perhatian warganet adalah ulah penumpang yang duduk berselonjor di bangku penumpang. Meski kondisi KRL penuh sesak, kedua kaki wanita muda itu menyerobot tempat duduk seorang anak di sampingnya. Sementara, sejumlah penumpang lainnya ada yang berdiri.

Menanggapi hal ini, Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa mengaku menyayangkan sikap penumpang KRL tersebut, yang menyerobot hak orang lain. Penumpang diminta bersikap santun ketika berada di transportasi publik.

"Kalau petugas tahu tentu akan ditegur, dan jika sudah ditegur penumpang tersebut tetap tidak menghiraukan maka akan diturunkan dari kereta," ujar Eva kepada Liputan6.com, Rabu (2/8/2017)..

Eva menegaskan, selama ini pihaknya sudah mengimbau para penumpang agar berperilaku baik dan tidak mengganggu kenyamanan penumpang lain. Imbauan itu selalu disampaikan oleh petugas di kereta.

"Di dalam kereta juga banyak terpasang tata tertib. Petugas kami selalu menertibkan penumpang, makanya ada announcer di KRL," ujar dia.

"Coba kalau naik KRL, kan dia (petugas) mengimbau macam-macam. Soal tata tertib, kemudian ada petugas Walka juga yang mobile di dalam KRL. Sudah banyak kok yang ditegur petugas," Eva melanjutkan.

Karena itu, Eva berharap, para penumpang atau pengguna jasa Commuter Line agar memiliki kesadaran saat berada di kereta. Jangan sampai seorang penumpang mengganggu atau merampas hak penumpang lainnya.

"Udah ada di KRL, setiap pintu isinya tata tertib. Ya, memang kerja sama dalam bentuk kesadaran dari penumpang juga penting di sini," Eva menandaskan.

4 dari 4 halaman

Penumpang Pingsan

Gerbong pertama dan terakhir pada rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) diperuntukkan khusus wanita. Kedua gerbong tersebut pun dipenuhi penumpang saat jam-jam sibuk pagi ataupun sore hari.

Penuhnya penumpang dan berdesak-desakan, membuat para pengguna menyatakan tidak mendapatkan kenyamanan. Namun, hal tersebut tetap dilakukan karena ditumpangi sesama perempuan dan terhindar dari tindakan pelecehan.

Menurut seorang penumpang rute Depok - Tanah Abang, Yunita Primatasari beberapa kali terdapat penumpang pingsan akibat penuhnya penumpang yang terus memaksa untuk masuk kereta khusus perempuan.

"Beberapa kali, enggak ibu-ibu ataupun mbak-mbak itu sampai pingsan saking penuhnya, tergencet sama penumpang lainnya. Jadi kalau ada nenek-nenek ataupun ibu ajak anak kecil lebih kita sarankan masuk ke gerbong umum, mereka lebih memprioritaskan daripada di gerbong khusus wanita," kata Yunita kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu 17 Mei 2017.

Sedangkan, penumpang asal Bekasi rute hingga Manggarai, Resti Givida mengaku, desak-desakan dengan penumpang lainnya sudah menjadi langganannya setiap hari. Hal ini dilakoninya sudah tiga tahun.

"Mau gimana, daripada di gerbong lain campur dengan lawan jenis, mending kegencet di gerbong khusus wanita. Meskipun berkali-kali​ kaki lecet karena terinjak, jatuh bareng-bareng karena enggak ada pegangan, ini transportasi paling murah," ucap Resti.

Dia pun berharap, ada penambahan gerbong khusus wanita. "Kalau bisa ditambahin dua gerbong lagi, jadi ada empat. Dua untuk depan dan dua untuk belakang," Resti menandaskan.