Liputan6.com, Jakarta - Kemacetan masih paling banyak dikeluhkan masyarakat Kota Bogor. Sejumlah program untuk mengurai kemacetan telah disiapkan Wali Kota Bogor Bima Arya sejak memimpin Kota Hujan.
Hanya saja, belum semua program itu bisa direalisasikan. Sebagian program bahkan tak jelas nasibnya.
Baca Juga
Salah satunya program membangun transportasi massal, yaitu konversi angkot menjadi bus dan angkot ber-AC.
Advertisement
Namun, program untuk mengatasi kemacetan dan menarik pengguna kendaraan pribadi ke angkutan massal ini mandek.
Padahal pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberikan bantuan 10 unit bus pada Desember 2016 dan 10 unit AC untuk angkot pada awal Juli 2017.
Kabid Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Jimmy Hutapea, mengakui jika bus bantuan dari pemerintah pusat belum bisa dioperasikan. Hal itu lantaran belum ada berita acara resmi serah terima dari Kementerian Perhubungan.
"Memang 10 unit bus ini sudah dihibahkan, tapi kami masih menunggunya berita acara serah terimanya," kata Jimmy di Bogor, Senin (14/8/2017).
Kalaupun bus itu diserahterimakan tahun ini, pihaknya tidak bisa langsung menyerahkannya kepada operator karena harus mengurus dokumen seperti izin operasional dan surat-surat kendaraannya.
"Untuk mengurus faktur surat-surat kendaraan juga harus ada anggarannya. Nah tahun ini tidak dianggarkan," ujar Jimmy.
Untuk diketahui, rencananya bus ini akan terintegrasi dan saling terkoneksi satu sama lain. Operasionalisasi bus dilakukan para pengusaha angkot dalam wadah badan hukum.
"Program ini bagian dari konversi 3:1 atau tiga angkot menjadi satu bus. Cuma yang membedakan pengelolaannya saja," kata Jimmy.
Tak hanya bus, hibah 10 pendingin udara (AC) untuk angkot dari Kemenhub pun demikian. Hingga kini, Pemkot Bogor masih mengalami kendala menerapkan angkot ber-AC.
Sebab, angkot di Kota Bogor rata-rata berkapasitas mesin rendah yakin 1000 cc, sehingga tidak bisa dipasang AC.
"Angkot 1000 cc tidak mungkin bisa dipasang AC. Enggak kuat," kata Kepala Dishub Kota Bogor, Rakhmawati.
Solusinya, lanjut Rakhmawati, program angkot yang aman dan nyaman menunggu peremajaan angkot agar bisa dipasangi pendingin udara.
"Kalau ada angkot yang baru dan mereka mau pasangi AC, itu yang nanti kita pasang," kata Rakhmawati.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga menghentikan operasional bus Transpakuan. Kebijakan tersebut diambil lantaran Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) selaku pengelola transportasi massal ini terus merugi.
Padahal keberadaan bus yang sudah beroperasi sejak pada 2007 ini menjadi salah satu program pemerintah daerah untuk mengurai kemacetan yang semakin parah di Kota Hujan.
Namun, keberadaan Transpakuan yang dulu disambut positif dan sempat menjadi angkutan primadona warga Bogor, kini hanya tinggal nama setelah pemkot membekukan perusahaan daerah tersebut beberapa bulan lalu.
Saksikan video di bawah ini: