Sukses

5 Calon Paskibraka 2017 Ini dari Keluarga Kurang Beruntung

Mia dan empat temannya dari keluarga kurang beruntung semakin giat berlatih dan bersemangat mengikuti diklat Paskibraka 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Berasal dari keluarga sederhana tak menyurutkan semangat beberapa calon Paskibraka 2017. Sebut saja Mia Talia, Andreas Gunawan, Ni Made Widyastuti, Ita Safitri, dan Kloria Marau.

Justru latar belakang Mia dan empat temannya dari keluarga kurang beruntung, membuat mereka semakin giat berlatih dan bersemangat mengikuti diklat Paskibraka 2017.

Seperti Mia, tak ada kata pesimistis terlintas di benaknya, meskipun kedua orangtuanya bekerja sebagai nelayan dan petani.

Bagi calon Paskibraka 2017 perwakilan dari Kalimantan Barat ini, profesi orangtua tidak menjadi halangan semangatnya.

"Enggak pernah kepikir sama saya, saya pesimis atau semangat saya kendur karena sama ayah saya bekerja sebagai nelayan dan ibu saya bekerja sebagai nelayan," ujar Mia kepada Diary Paskibraka Liputan6.com di PP-PON Cibubur Jakarta Timur, Rabu 2 Agustus 2017.

Kebiasaan siswi kelahiran Pinang Merah 8 April 2001 itu membantu kedua orangtuanya, menempanya menjadi sosok yang berani dan optimistis.

"Justru karena saya anak nelayan dan petani, saya ingin lebih maju dari yang lain. Itu yang membuat saya semangat, anak petani dan nelayan juga bisa," tegas calon Paskibraka 2017 yang bercita-cita menjadi Polwan ini.

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 5 halaman

Kekurangan Uang

Uang sempat menghantui Andres Gunawan pada saat akan berangkat ke Jakarta, untuk mengikuti Diklat Paskibraka 2017.

Calon Paskibraka 2017 perwakilan Aceh ini sempat kekurangan uang untuk membeli semua perlengkapan yang dibutuhkan, selama pendidikan dan pelatihan di PP PON Cibubur.

Andres bukan berasal dari keluarga berada. Sang ibu, Nurmeli, hanya ibu rumah tangga yang punya usaha kios bensin di depan rumah dan warung perlengkapan rumah tangga.

"Alhamdulillah, dari kabupaten dan provinsi membantu saya," ungkap Andres kepada Diary Paskibraka Liputan6.com, Selasa 1 Agustus 2017.

3 dari 5 halaman

Antusiasme Orangtua

Berbeda dengan Mia, perasaan minder ketika mau mengikuti seleksi Paskibraka 2017 pernah dialami Ni Made Widyastuti pada seleksi tingkat kabupaten.

Wajar, Ni Made yang merupakan calon Paskibraka 2017 asal Sulawesi Barat ini hanya anak seorang petani. Bahkan, rasa minder siswi SMA Negeri 1 Topoyo ini semakin menjadi saat memasuki seleksi tingkat nasional.

"Waktu masuk seleksi provinsi sempat agak minder tapi saya kuat. Nah, sekali sudah mau seleksi ke tingkat nasional, mindernya itu makin menjadi-jadi karena ada yang bilang ke aku kalau yang ikut seleksi ada anak wakil bupati, ada anak si ini, si itu," tutur Ni Made kepada Diary Paskibraka Liputan6.com, Selasa, 1 Agustus 2017.

Namun, berkat dukungan kedua orangtuanya, rasa minder Ni Made berangsur hilang. Antusiasme orangtua menjadi pembakar semangatnya mengikuti seleksi calon Paskibraka 2017.

Setiap hari kedua orangtuanya ikut bangun pagi. Sang ibu pun selalu menyiapkan sarapan untuk Ni Made untuk bekal pada saat mengikuti seleksi.

4 dari 5 halaman

Melanjutkan Pendidikan

Senada dengan Mia, Andreas, Ni Made, Ita Safitri mengikuti seleksi calon Paskibraka 2017 karena tidak mau pendidikannya berakhir di bangku SMA.

Ita ingin menjadi prajurit wanita TNI AD (Kowad). Dia sadar sang ayah hanya seorang petani, yang menghidupi Ita adalah tiga saudaranya.

Kedua kakaknya hanya mengenyam pendidikan hingga SMA, karena sang ayah tak sanggup membiayai pendidikan hingga perguruan tinggi. Sementara, sang adik masih sekolah di bangku SD.

"Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentunya saya ingin lebih dari mereka. Saya harus melanjutkan pendidikan demi bisa menjadi Kowad," kata Ita kepada Diary Paskibraka Liputan6.com, Minggu 30 Juli 2017.

Ita berharap, menjadi Paskibraka 2017 dapat menaikkan harkat dan martabat kedua orangtuanya.

Calon Paskibraka 2017 asal Sulawesi Tenggara ini ingin berterimakasih kepada sang ayah, yang telah berkorban banyak untuknya selama mengikuti seleksi.

5 dari 5 halaman

Kebanggaan Keluarga

Setali tiga uang, Kloria Marau juga terlahir dari keluarga kurang beruntung. Karena itu, dia tak menyangka bisa lolos seleksi calon Paskibraka Nasional 2017.

Meski terlahir dari keluarga nelayan di pelosok Papua Barat, sama sekali tak menyurutkan semangat Kloria mengibarkan sang Saka Merah Putih.

Di antara keluarga, sang ayah paling merasa bangga setelah Kloria terpilih menjadi calon Paskibraka 2017.

"Ayah saya memang bekerja sehari-hari sebagai nelayan, tapi ayah itu paling senang karena anaknya bisa ikut Paskibraka di sini," kata Kloria di PP PON Cibubur, Jakarta Timur, Kamis 27 Juli 2017.

Kini, Kloria dan calon Paskibraka 2017 lainnya tinggal menghitung hari untuk mengibarkan bendera Sang Saka di Istana Negara pada peringatan HUT ke-72 RI, 17 Agustus mendatang. Jutaan pasang mata siap menyaksikan upacara sakral tersebut.

Â