Sukses

Timwas Temukan Beberapa Masalah Persiapan Haji di Madinah

Tim Pengawas Persiapan Haji DPR RI diketuai Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon melakukan tugas pengawasan sejak 18 hingga 24 Agustus 2017.

Liputan6.com, Jakarta Tim Pengawas Persiapan Haji DPR RI diketuai Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon melakukan tugas pengawasan sejak 18 hingga 24 Agustus 2017. Tim ini dibentuk sebagai bagian dari fungsi pengawasan DPR terhadap persiapan dan pelaksanaan haji.

Ada 19 anggota DPR RI yang bertugas antara lain dari Komisi 8, Komisi 9 dan Komisi 5. Adapun yang menjadi obyek pengawasan antara lain soal pelayanan di bidang pemondokan, katering, transportasi, kesehatan dan masalah-masalah yang muncul dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Tim memastikan pemerintah memberi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan pada jamaah. Juga mengumpulkan informasi dan masalah yang terjadi sekaligus jalan keluar untuk perbaikannya.

Di Madinah, Timwas mengunjungi Daerah Kerja Madinah, melihat langsung kantor Daker, pemondokan dan tempat katering yang bermasalah. Salah satu dapur katering sempat menyajikan 6400 paket makanan yang basi. Untunglah bisa dicegah oleh petugas haji sehingga akhirnya diganti.

"Kami mengunjungi dapur dan pengelola katering tersebut dan mengingatkan agar hal tersebut tak boleh terjadi lagi. Tim juga melihat langsung lokasi pemondokan yang kurang layak dan jauh dari Masjid Nabawi, kurang lebih 1200 meter," kata Fadli Zon dalam keterangan rilisnya.

Di Mekkah, Timwas sidak ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Di sini banyak jamaah yang dirawat dari penyakit ringan (flu, batuk, pilek) hingga penyakit berat (jantung, stroke, kanker dll). Ada unit gawat darurat, rawat inap, ICU hingga rawat gangguan kejiwaan. Tim dokter dan petugas kesehatan bekerja dengan baik walaupun tenaga media masih kurang.

Timwas mendapat masukan dari jamaah haji di beberapa maktab dalam pertemuan dadakan. Ada 15 kloter yang ditemui. Umumnya masukan-masukan untuk perbaikan haji.

"Ada yang mengeluh karena kejauhan, ada soal makanan yang kurang rasa Indonesianya, ada juga yang memberi masukan soal tas identitas jamaah haji yang berkualitas rendah, mudah robek dan jebol," ujar Fadli Zon.

Informasi yang mengagetkan adalah adanya praktik rentenir dalam penukaran uang reyal. Setiap jamaah mendapat biaya hidup living cost 1500 riyal dalam pecahan 500. Ketika ditukarkan dengan pecahan kecil, mereka dipotong 80 riyal.

"Ini praktik terjadi di embarkasi dan ada juga di bandara. Ini dilaporkan oleh banyak jamaah yang hadir dalam pertemuan dengan Timwas di pemondokan mereka di hotel Al Lu'lu'a Shisya, Aziziah. Ada 7 kloter di hotel ini," jelas Fadli Zon.

Jamaah haji akan melakukan puncak ibadah ketika wukuf di Arafah, Musdalifah dan Mina. Di sini titik rawan karena semua jamaah haji seluruh dunia berkumpul di satu tempat pada saat bersamaan.

(*)