Liputan6.com, Jakarta - Gedung Crisis Center yang menampung laporan atas dugaan penipuan First Travel masih terus didatangi korban. Para korban datang berkelompok dan ada yang datang sendiri atau ditemani keluarga. Namun, laporan korban tertunda lantaran Crisis Center tutup dan hanya buka pada hari kerja.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (26/8/2017) siang, para korban hanya diterima petugas jaga yang standby di depan gedung siaga Bareskrim Polri di Jakarta Pusat.
"Mohon maaf Bapak, Ibu, hari ini Crisis Center tutup. Ini (Crisis Center) hari kerja bukanya, kembali lagi saja besok Senin ya," ujar petugas jaga.
Advertisement
Salah satu korban First Travel, Saiful Anwar, mengaku tidak mengetahui jika Crisis Center tutup. Saiful mengaku terdorong untuk ikut melaporkan dugaan penipuan setelah ramai diberitakan media.
"Saya lihat ramai yang laporkan. Saya juga kepingin uang balik. Saya baru ada waktu hari ini. Saya ngojek, " ujar Saiful kepada Liputan6.com.
Ditemani sang istri, Saiful datang sekitar pukul 12.00 WIB. Wajahnya pun penuh harap setelah dua tahun menunggu untuk berangkat ke Tanah Suci. Rasa penasaran dan tidak percaya telah ditipu First Travel masih menggelayut di pikirannya.
"Masih enggak percaya, Mas, kayak mimpi saja. Apalagi saya dijanjikan September atau enggak Oktober ini berangkat, " ujar dia.
Saksikan video di bawah ini:
Sudah Ada 4 Ribu Lebih Aduan
Sejak dibuka pada 16 Agustus 2017,‎ setidaknya sudah ada lebih dari 6.000 aduan yang masuk ke Crisis Center First Travel di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat.
Penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri telah menetapkan pasangan suami istri Andika dan Anniesa Hasibuan sebagai tersangka atas kasus penipuan dan penggelapan PT Frist Anugerah Karya Wisata atau Fist Travel terhadap puluhan ribu calon jemaah umrah.
Penyidik juga menyita sejumlah aset milik ketiga tersangka. Di antaranya rumah mewah di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, sebuah butik di Kemang, Jakarta Selatan, mobil mewah dan aset lainnya.
Advertisement