Sukses

Istri Novel Baswedan Sebut Mata Kiri Novel Belum Membaik

Hampir setengah tahun Novel Baswedan menjalani pengobatan di Singapura untuk memulihkan kondisi matanya.

Liputan6.com, Jakarta - Hampir setengah tahun Novel Baswedan menjalani pengobatan di Singapura untuk memulihkan kondisi matanya. Istri Novel Baswedan, Rini Emilda, mengungkap kondisi mata kiri suaminya masih mencemaskan.

Operasi pertama Novel belum bisa membuatnya bernapas lega.

"Setelah hampir lima bulan belum selesai dirawat. Saya hari ini juga terima kiriman foto dari Novel. Tahap pertama, operasi ini adalah mengambil jaringan gigi dan gusi yang kemudian ditanam dalam pipi," kata Emilda di kediamannya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (28/8/2017).

Sambil merekatkan kedua telapak tangannya, Emilda menuturkan masih ada operasi lanjutan yang harus dilakukan Novel Baswedan untuk mengembalikan penglihatannya. Artinya, Novel masih harus berpisah dalam waktu yang lama dengan pihak keluarga.

"Setelah dua bulan nanti operasi lagi dan jaringan tadi akan ditanam di mata kiri yang sudah rusak," ujar Emil sambil memperlihatkan foto Novel.

Beberapa tindakan juga masih dilakukan terus oleh tim dokter di Singapura. Sebab, mata Novel Baswedan kini berkabut. Kabut itu diduga lantaran penumpukan kalsium akibat obat-obatan yang digunakan dalam proses operasi.

"Tindakan penanganan, menghilangkan katarak, glukola dan jaringan kornea yang mati, membuang lapisan baby skin, menghilangkan kalsium yang menempel di mata karena obat kimia, " imbuh Emil.

Saksikan video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Penyelidikan Belum Berbuah Hasil

Sementara, penyelidikan kasus penyerangan terhadap Novel belum membuahkan hasil. Polisi belum bisa mengungkap kasus yang terjadi 11 April 2017 subuh itu.

Bahkan, sidik jari pada cangkir yang diduga digunakan pelaku untuk wadah air keras, hilang.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, membenarkan hilangnya sidik jari pada cangkir yang digunakan pelaku untuk menyiram air keras ke penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Kata Argo, saat saksi berusaha mengamankan cangkir itu, memang tidak ada yang mengawasi. Sehingga, saksi tersebut menggunakan kain untuk mengamankan barang bukti.

"Pengamanan untuk mug (cangkir) itu oleh saksi agar masyarakat tidak melihat atau melintas. Mug tersebut kemudian ditaruh di teras untuk diamankan," ucap Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu 23 Agustus 2017.

Karena tanpa pengawasan itu, besar kemungkinan sidik jari pelaku yang ada di cangkir itu tak ditemukan ketika diteliti petugas forensik.

"Iya (sidik jari) hilang," tegas Argo.

Dia juga menjelaskan, H2SO4 itu merupakan bahan kimia yang dapat melepuhkan kulit dan akan terlihat berlubang jika terkena pada bahan pakaian seperti celana jeans. Sehingga menyentuhnya tidak mungkin menggunakan tangan kosong atau tanpa alat bantu.

"Kita ada beberapa kemungkinan, bisa pakai sarung tangan, tapi ini semua masih bagian dari penyidikan dari pihak penyidik," ujar Argo.