Liputan6.com, Jakarta - Ribuan anggota jemaah umrah dari Fisrt Travel menjadi korban kasus dugaan penipuan agen perjalanan umrah First Travel. Jemaah berharap uang mereka segera kembali.
Namun, meminta kembali uang tersebut tidak mudah. Seperti dialami jemaah bernama Haris Santoni, yang mengalami intimidasi hingga dipermainkan pihak First Travel.
Baca Juga
"Sebelum kasus ini mencuat, kita sudah berusaha meminta refund uang kami. Kebetulan ada banyak jemaah yang minta tolong, percaya sama saya," ujar Haris kepada Liputan6.com, Selasa (29/8/2017).
Advertisement
Haris bersama istrinya mendaftar umrah dengan program promo First Travel pada 30 Novel 2016. Haris kemudian mendapat jadwal keberangan pada 1 April 2017 dan 7 Juni 2017.
"Tapi karena udah enggak beres gini, akhirnya saya minta refund," ujar dia.
Di tengah upaya meminta haknya itu, Haris justru mendapat intimidasi dari pihak First Travel. Saat itu dia hampir tiap hari mendatangi kantor pusat agen perjalanan umrah itu sejak awal Juli 2017.
"Hampir setiap hari seminggu tiga kali. Intensnya awal Juli 2017, nanya-nanya. Tapi tetap enggak memuaskan. Terus sampai akhirnya 1 Agustus kita bergerak ke kantor pusat, mempertanyakan hal yang sama. Akhirnya dari legal, memanggil saya ke dalam kantor," ujar dia.
Di dalam kantor tesebut, Haris bukannya mendapat penjelasan dari pihak First Travel. Dia malah mendapat intimidasi dari pihak legal.
"Katanya datanya saya mau diproses yang refund. Setelah data saya kasih enggak lama kepala legal bilang, 'Apa-apaan nih? Ngapain kamu, kamu provokator ya'. Loh, saya kan jemaah, saya enggak terima dong," ungkap dia.
Tak hanya itu, Haris juga dianiaya petugas sekuriti. Bahkan, beberapa petugas pengamanan kantor First Travel mengajaknya duel.
"Mereka ngajak berantem, katanya beraninya sama karyawan cewek saja. Terus saya dipegangin tiga satpam, dan maki-maki saya. Akhirnya ada satpam yang melerai dan saya dikeluarin," ujar dia.
Sebelumnya, Haris yang mewakili ratusan anggota jemaah lain juga merasa dipermainkan pihak First Travel. Berawal saat dia menemui langsung bos First Travel Annisa Hasibuan untuk meminta pemulangan uang pada 15 Juli 2017.
Namun, Haris diarahkan untuk menemui pegawainya sekaligus menyerahkan berkas. Dia pun membuat janji dengan pegawai terkait, tapi pertemuan batal dilakukan.
"Saya disuruh Annisa menemui Ibu Duma. Nah, keesokannya saya hubungi ibu Duma. Awalnya janjian ketemuan di Simatupang, janjian ketemu jam 10.00, tapi sampai jam 12.00 enggak datang. Katanya ketemuannya jangan di kantor, banyak wartawan," ujar Haris.
Pada hari yang sama, pegawai First Travel tersebut akhirnya meminta anggota jemaah asal Depok, Jawa Barat, itu bertemu di Mal Cibubur. Tapi setelah ditunggu hingga sore hari, dia tak kunjung datang.
"Masa dia yang bikin janji di Cibubur Juction, masa enggak tahu tempatnya, kan lucu. Saya tunggu katanya nyasar ke Bogor. Saya telepon lagi katanya nyasar ke Cikeas, ke Alternatif. Akhirnya telepon dikasih ke ajudannya, 'Bilang Ibu ke Kuningan, coba bayangin," tutur Haris.
Pengembalian Uang Jemaah
Kini Haris berharap pihak First Travel bisa mengembalikan uangnya dan jemaah lain. Sebab, banyak dari jemaah yang sudah menabung bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang.
"Berharap uang kembali. Ini bukan investasi, tolong kembalikan. Itu aja. Kecuali kita investasi. Kalau saya sih bukannya (mampu), tapi saya harus perjuangin di belakang saya. Banyak banget jemaah yang kondisinya (kurang mampu). Ada sekitar 300 sampai 400 jemaah," ujar dia.
Bapak dua anak itu juga berharap pihak berwajib segera menindak kasus ini dan memberi hukuman setimpal bagi pemilik dan tersangka kasus First Travel.
"Saya enggak pernah ikhlas kalau melihat kondisi kehidupan dia itu. Jemaah yang promo itu kan kalangan bawah yang notabene pas-pasan. Kalau benar salah menyelewengkan mohon bisa dihukum, sudah memainkan. Menipu atas nama agama kan sama saja menistakan," Haris menandaskan.
Advertisement
Surat Terbuka untuk Jokowi
Melalui akun Facebook, Haris juga membuat surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi agar mencarikan solusi yang terbaik bagi jemaah First Travel. Haris merasa bingung dengan kondisi sekarang ini.
"Betul, Pak Presiden. Saya bukanlah sosok yang pandai membuat sebuah surat dengan bahasa yang sangat indah, mengharu dan lain-lain layaknya seorang pujangga atau akademisi yang hebat. Tetapi kami hanya mencoba berkeluh kesah kepada Bapak sebagai pemimpin kami di negeri ini," tulis Haris di Facebooknya.
Selain meminta jalan keluar kasus First Travel, Haris juga meminta maaf dan mendoakan Presiden Jokowi agar senantiasa diberi kesehatan, agar dapat menjalankan tugas memimpin negeri ini.
"Jika suatu saat Pak Presiden berkenan bertemu kami calon jamaah umrah dan mendengarkan langsung keluhan jemaah, silahkan bisa kontak di nomor yang kami tulis di bawah," pinta jemaah First Travel itu mengakhiri surat tersebut.
Saksikan video menarik berikut ini: