Sukses

Indonesia Dorong Myanmar Hentikan Kekerasan ke Warga Rohingya

Bantuan dari Indonesia tidak sebatas makanan, obat-obatan, pakaian, dan sejenisnya. Indonesia bahkan sudah membangun 6 sekolah di sana.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah Myanmar terkait konflik yang kembali muncul dan menimpa warga Rohingya. Indonesia mendorong agar Myanmar menghentikan kekerasan di Rakhine State.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyetujui langkah untuk terus menjaga kedekatan dengan Pemerintah Myanmar. Sehingga Indonesia dapat didengar dan mengambil langkah guna mengatasi konflik yang menimpa warga Rohingya.

"Tentunya yang paling utama bagaimana pemerintah Myanmar dapat mengembalikan situasi keamanan di Rakhine. Kemudian semua kekerasan harus dihentikan karena sekali lagi yang menjadi korban adalah warga sipil. Jadi aspek humanitarian perlu terus dikemukakan, diutamakan," kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Seperti diketahui, Indonesia sudah mengirim berbagai bentuk bantuan kepada warga Rohingya di Rakhine State, Myanmar. Bantuan tidak hanya sebatas makanan, obat-obatan, pakaian, dan sejenisnya. Indonesia bahkan sudah membangun 6 sekolah di sana.

Saat ini, Indonesia tengah berupaya membangun rumah sakit di Rakhine State. Segala bantuan yang digelontorkan Indonesia bentuknya tidak lagi sementara, tapi bersifat komprehensif.

"Tadi saya sudah sampaikan kepada Presiden. Jadi sekali lagi kita melakukan pendekatannya secara comprehensive sekali. Tentunya masalah kemanusiaan menjadi prioritas agar tidak jatuh korban tidak berdosa lebih banyak lagi," pungkas Retno.


Saksikan video menarik di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ketegangan Meningkat di Rakhine

Sebelumnya, ribuan muslim Rohingya memilih meninggalkan rumahnya, menyusul meningkatnya ketegangan di Rakhine. Negara bagian yang menjadi wilayah termiskin di Myanmar itu merupakan rumah bagi 1 juta warga Rohingya.

Warga berbondong-bondong melarikan diri ke perbatasan Bangladesh. Namun, penjaga perbatasan di sana memaksa mereka untuk kembali.

Polisi Bangladesh mengatakan, pihaknya telah memaksa 70 orang untuk kembali ke Myanmar. Hal itu dilakukan setelah pihaknya menemukan bahwa orang-orang etnis Rohingya mencoba masuk ke sebuah kamp pengungsi di wilayah perbatasan Ghumdhum.

"Mereka memohon kepada kami untuk tak mengirim mereka kembali ke Myanmar," ujar seorang polisi seperti dikutip dari BBC, Senin 28 Agustus 2017.