Sukses

Massa Aksi Bakar Foto Aung San Suu Kyi di Depan Kedubes Myanmar

Aksi untuk Rohingya di depan kantor Kedubes Myanmar sempat menegang. Massa akhirnya membakar foto Aung San Suu Kyi.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Profesional Bagi Kemanusiaan Rohingya menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Aksi tersebut sempat menegang.

Pantuan Liputan6.com, Sabtu (2/9/2017), ketegangan dipicu oleh massa yang ingin menempelkan sejumlah poster kekerasan di Rohingya, dihadang aparat keamanan. Sempat terjadi dorong mendorong dan adu mulut.

Hal itu membuat massa akhirnya memilih melakukan aksi membakar foto pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. Banyak yang menyesalkan sikap peraih Nobel Perdamaian itu karena dianggap tak berbuat banyak untuk menghentikan kekerasan di Rakhine terhadap warga muslim Rohingya.

"Ini kita menyakiti dengan membakar fotonya, tapi tak secara fisik agar Aung San Suu Kyi belajar lagi bagaimana arti Kemanusiaan itu," kata salah satu peserta aksi di lokasi.

Tak sampai di sana, usai membakar peserta aksi juga menginjak-injak foto tersebut. Tak ingin menjalar, aparat kemudian menghentikan aksi itu.

Sementara koordinator aksi, Andi Sinulingga, sempat membacakan tuntutan peserta aksi untuk Rohingya. Salah satunya meminta Aung San Suu Kyi bisa menghentikan kekejaman di Rakhine.

"Kami juga mendesak Aung San Suu Kyi agar berusaha keras menghentikan aksi pengusiran dan pembantaian terhadap etnis Rohingya atas dasar persamaan kemanusiaan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan," tutur Andi.

Jika tidak bisa menghentikan, lanjut dia, maka Nobel Perdamaian yang disematkan kepada Aung San Suu Kyi hendaknya dicabut. Pasalnya, hal itu tidak layak disandangnya.

"Jika tidak, Aung San Suu Kyi sangat tidak pantas menerima Nobel Perdamaian. Untuk itu kami mendesak Panitia Nobel mencabut penghargaan tersebut," tandas Andi.

2 dari 2 halaman

Pembantaian

Pada 1 September 2017, umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Idul Adha. Sejatinya, dirayakan dengan penuh suka cita. Namun, tidak bagi 26 perempuan dan anak-anak Rohingya. Mereka justru tewas tenggelam ketika mencoba kabur melalui pantai barat Myanmar.

Dari keterangan Komandan Pasukan Perbatasan Bangladesh Letnan Kolonel Ariful Islam, ada sekitar tiga kapal yang membawa warga Rohingya yang tenggelam di Teluk Belangga.

Seluruh jenazah telah ditemukan. Korban tewas terdiri dari 15 anak-anak dan 11 perempuan. Diduga kapal itu tenggelam pada Kamis, 31 Agustus 2017, namun baru ditemukan keesokan harinya.

Hingga kini, belum bisa dipastikan warga Rohingya tersebut berencana kabur ke mana.

Kelompok Rohingya kembali mendapat sorotan dunia, usai pertempuran mereka melawan militer di Negara Bagian Rakhine menyebabkan 100 orang terbunuh.

Peristiwa itu, membuat sentimen anti-Rohingya meningkat di Myanmar. Aparat keamanan dan beberapa kelompok masyarakat menggunakan kekerasan demi mengusir etnis minoritas tersebut.

Salah satu kericuhan besar terjadi di Desa Chut Pyin. Sebanyak lebih dari 200 warga Rohingya tewas dalam peristiwa tersebut.

Video Terkini