Sukses

216 Jemaah Indonesia Wafat hingga Puncak Haji di Arab Saudi

Angka itu lebih besar dibanding tahun lalu. Namun begitu, ini karena jumlah jemaah jauh lebih besar.

Liputan6.com, Mekah - Sebanyak 216 jemaah haji Indonesia wafat hingga puncak haji 2017. Terakhir, 54 jemaah haji Indonesia meninggal dunia selama pelaksanaan puncak haji dalam perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armina.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), dua jemaah wafat di Jeddah, 36 di Madinah, dan 124 di Mekah. Selanjutnya dalam dua hari puncak haji, ada 54 jemaah yang wafat. Terdiri dari 16 orang wafat di Arafah dan 38 orang di Mina.

"Angkanya memang dibanding tahun lalu (jemaah wafat) lebih besar. Tapi ini karena jumlah jemaah kita jauh lebih besar, ada penambahan 20 persen ditambah 10 ribu jemaah," kata Menteri Agama yang juga Amirul Hajj, Lukman Hakim Saifuddin, usai menjenguk jemaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Mina, Sabtu 2 September 2017 malam, waktu Saudi.

Menurut Lukman, penyebab lebih banyaknya jumlah jemaah haji yang meninggal dunia di musim haji tahun ini ialah, karena suhu udara di Arab Saudi lebih panas dan dalam komposisi jemaah haji, 60 persen di antaranya merupakan jemaah berusia lanjut.

"Selain itu, banyak jemaah risiko tinggi," ujar Lukman.

Jemaah yang termasuk kategori risiko tinggi atau risti di antaranya yakni lanjut usia dan memiliki penyakit bawaan.

Puncak haji berlangsung sejak Kamis 31 Agustus 2017. hingga hari ini, Minggu, 3 September 2017. Besok, prosesi haji akan berakhir setelah jemaah melaksanakan tawaf dan sai di Masjidil Haram.

Saksikan tayang video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Lontar Jumrah

Lukman menyampaikan, puncak kelelahan jemaah secara keseluruhan memang terjadi di Mina. Sebab, sebelumnya stamina jemaah juga telah terkuras oleh berbagai prosesi manasik haji yang memuncak pada pelaksanaan wukuf di Arafah, pergerakan menuju Muzdalifah dan sekarang di Mina.

Untuk meminimalisir risiko, Menag Lukman mengimbau jemaah haji lanjut usia (lansia) dan yang memiliki risiko tinggi (risti) tidak memaksakan diri melontar jumrah. Menurutnya, medan jamarat sangat berat, tidak hanya dari sisi jarak tapi juga kepadatan.

Untuk itu, Menag minta jemaah lansia mewakilkan lontar jumrahnya kepada jemaah haji lainnya.

Lukman mengaku sudah memberikan instruksi kepada Kasaop Armina agar menyosilisasikan hal ini. Di samping itu, Menag juga minta tim konsultan bimbingan ibadah untuk ikut menyampaikan.

Sebab, sebagian jemaah ada yang merasa kalau tidak melontar jumrah secara langsung maka gugur hajinya. Padahal, bagi lansia dan punya kendala kesehatan, melontar jumrah bisa diwakilkan.