Liputan6.com, Aceh Besar: KKontak senjata antara polisi dan Gerakan Aceh Merdeka kembali terjadi di Desa Cot Paya, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. Enam anggota GAM dilaporkan tewas dalam aksi bakutembak tersebut. Mereka yang tewas adalah Komandan Operasi GAM setempat Fadlon alias Raja, Muhammad Usman, Tarmizi, Syahril Ridwan, Muhklis Raden, dan seorang lagi belum diketahui identitasnya. Hal tersebut dikemukakan Komandan Satuan Tugas Operasi Pemulihan Aceh Ajun Komisaris Besar Polisi D. Ahmad di Aceh Besar, akhir pekan kedua Maret ini.
Menurut Ahmad, dari enam korban tewas hanya dua yang dievakuasi tim Palang Merah Indonesia ke Rumah Sakit Umum Dr. Zainul Abidin Banda Aceh. Sedangkan korban lainnya langsung dimakamkan di sekitar kediaman mereka. Ahmad menuturkan, kontak senjata terjadi saat personel kepolisian bawah kendali operasi (BKO) Kepolisian Sektor Darussalam menggerebek sebuah gubuk yang diyakini sebagai markas GAM. Selain itu, polisi juga mengaku menyita dua magazin M-16 bersama 47 butir peluru, sebuah tas pinggang berisi peluru AK-47.
Sementara Juru Bicara GAM Aceh Besar Ayah Sofyan membantah terjadi kontak senjata. Ayah hanya mengaku anggota GAM dikepung anggota Brigade Mobil dan hanya seorang yang tewas. Ayah menambahkan dalam peristiwa itu yang menjadi korban tewas adalah masyarakat biasa, bukan anggota GAM.
Di tempat yang sama, sebelumnya juga pernah terjadi baku tembak yang menewaskan tiga personel TNI dan enam anggota GAM [baca: Kontak Senjata TNI-GAM, Sembilan Tewas]. Insiden 7 Maret silam terjadi ketika pasukan TNI dengan kekuatan 14 personel yang dipimpin Letnan Satu Hendri melakukan pengendapan di kawasan hutan Kota Jantho. Sebab, sebuah tempat di Desa Blang diyakini digunakan sebagai Markas GAM. Sekitar pukul 06.00 WIB, pasukan menyerang hingga terjadi kontak senjata selama sejam.(YYT/Mukhtaruddin Yakub dan Fery Efendi)
Menurut Ahmad, dari enam korban tewas hanya dua yang dievakuasi tim Palang Merah Indonesia ke Rumah Sakit Umum Dr. Zainul Abidin Banda Aceh. Sedangkan korban lainnya langsung dimakamkan di sekitar kediaman mereka. Ahmad menuturkan, kontak senjata terjadi saat personel kepolisian bawah kendali operasi (BKO) Kepolisian Sektor Darussalam menggerebek sebuah gubuk yang diyakini sebagai markas GAM. Selain itu, polisi juga mengaku menyita dua magazin M-16 bersama 47 butir peluru, sebuah tas pinggang berisi peluru AK-47.
Sementara Juru Bicara GAM Aceh Besar Ayah Sofyan membantah terjadi kontak senjata. Ayah hanya mengaku anggota GAM dikepung anggota Brigade Mobil dan hanya seorang yang tewas. Ayah menambahkan dalam peristiwa itu yang menjadi korban tewas adalah masyarakat biasa, bukan anggota GAM.
Di tempat yang sama, sebelumnya juga pernah terjadi baku tembak yang menewaskan tiga personel TNI dan enam anggota GAM [baca: Kontak Senjata TNI-GAM, Sembilan Tewas]. Insiden 7 Maret silam terjadi ketika pasukan TNI dengan kekuatan 14 personel yang dipimpin Letnan Satu Hendri melakukan pengendapan di kawasan hutan Kota Jantho. Sebab, sebuah tempat di Desa Blang diyakini digunakan sebagai Markas GAM. Sekitar pukul 06.00 WIB, pasukan menyerang hingga terjadi kontak senjata selama sejam.(YYT/Mukhtaruddin Yakub dan Fery Efendi)