Liputan6.com, Denpasar - Layang layang adalah permainan kreatif hasil imajinasi. Saat tiada hujan dan angin berhembus kencang menjadi momen melepas tawa dan ceria.
Seusai masa panen, saatnya bagi bocah-bocah di Bali menerbangkan layang-layang, termasuk bagi Ferdi dan kawan-kawan.
Baca Juga
Arus modernisasi terus mengalir. Layang-layang di Bali tetap mendapat tempat istimewa. Melayangan, demikian warga Bali menyebut permainan ini, yang tak mengenal jerat batas usia.
Advertisement
Pantai Padang Galak di kawasan Sanur, menjadi satu dari segelintir arena melayangan. Juli hingga Oktober, inilah periode pesta buat kaum pecinta layang-layang di Bali. Dalam empat bulan ini, I Made Suanjaya, hafal betul angin berhembus maksimal.
Tiada yang lebih asik buat Ferdi selain melihat layang-layang menari di angkasa. Apalagi bisa merasakan langsung mengendalikan tali kekang.
Momen bagi bocah kelas III Sekolah Dasar ini untuk lebih memaknai arti dan filosofi melayangan.
Melayangan bukan sekadar permainan. Ini bentuk penghormatan terhadap Dewa Rare Angon. Rare Angon, anak gembala pelindung areal persawahan bentuk perwujudan Dewa Siwa, satu di antara Tri Murti, tiga dewa tertinggi umat Hindu.
Simak selengkapnya permainan melayangan di Bali yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (17/9/2017), dalam tautan video di atas.