Liputan6.com, Rakhine - Ratusan ribu warga Muslim Rohingya yang lari dari konflik di negara bagian Rakhine State, Myanmar nasibnya semakin suram. Mereka mengalami kelaparan dan diserang berbagai penyakit. Para pengungsi ini tinggal di tenda-tenda darurat di perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Minggu (17/9/2017), para pengungsi Rohingya membutuhkan makanan, air bersih serta bantuan kesehatan.
Baca Juga
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan jumlah pengungsi sudah mencapai 409 ribu orang sejak konflik meledak sejak akhir Agutus lalu.
Advertisement
PBB menyebut kekerasan yang menimpa warga muslim Rohingnya sebagai pembersihan etnis. Yakni istilah yang menggambarkan upaya sistematis untuk menyingkirkan kelompok etnis tertentu, baik pengusiran, deportasi, maupun pembunuhan.
Warga Muslim Rohingya sejak lama sudah mengalami persekusi dan diskriminasi. Bahkan Pemerintah Myanmar tidak menganggap mereka sebagai warga negara, meskipun telah menetap selama tiga generasi.
Banyaknya pengungsi yang membanjiri Bangladesh, mengakibatkan fasilitas kesehatan di Cox's Bazar kewalahan menangani pasien. Kebanyakan para pengungsi Rohingya yang membutuhkan perawatan medis lantaran mengalami luka tembak.
Guna menampung pasien, Sadar Hospital telah mendirikan bangsal darurat guna menampung para pengungsi yang membutuhkan bantuan medis.