Liputan6.com, Mekah - Pekerjaan seharia-harinya adalah menjadi tukang urut kesehatan. Ia adalah Tuti. Ibu tiga orang anak ini tergabung dalam jemaah haji kloter 27 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 27).
Tuti yang telah ditinggal wafat suami tercintanya ini menceritakan, perjuangan dirinya untuk menjadi Tamu Allah di Tanah suci untuk berhaji. Mengandalkan hasil dari pekerjaannya sebagai tukang urut, serta harus menafkahi ketiga anaknya tak membuatnya berkecil hati dan terus menyisihkan sedikit demi sedikit dari rezekinya untuk menabung ke Tanah Suci.
"Alhamdulillah bisa saya tabung untuk berangkat haji," cerita Tuti di Mekah, Minggu (17/9/2017).
Advertisement
Bertahun-tahun ia menabung dan berhasil menunaikan ibadah haji, Tuti berniat ingin mengurangi aktivitasnya sebagai tukang urut. Alasannya, ia ingin lebih banyak meluangkan waktu untuk bersujud kepda Allah SWT dan mendapat kemabruran dalam menjalankan rukun Islam kelima tersebut.
“Saya berharap mendapat haji yang mabrur. Semoga ke depan bertambah keimanan dan ketakwaan saya. Saya ingin cari keberkahaan saja,” ujar Tuti.
Perjalanan hidup Tuti sebagai tukang urut tidak selalu berjalanan mulus, apalagi dengan profesinya sebagai tukang urut. Pernah suatu hari dia diminta mengurut seorang pria di rumahnya.
Saksikan tayang video menarik berikut ini:
Dikira Plus-Plus
Saat itu, Tuti mau membantu dengan catatan, harus ditemani istri yang mau diurut atau minimal pembantunya. Tuti tidak mau sendiri karena tidak mau ada fitnah. Saat dia tiba, pintu rumah memang dibuka oleh pembantu pemilik rumah. Namun, setelah dia masuk, sang pembantu pergi entah ke mana. Tinggal lah Tuti berdua dengan pria yang akan diurutnya.
"Lelaki itu mengira bahwa saya tukang urut (plus-plus), lalu saya meminta izin salat ashar dan menjelaskan bahwa dirinya bukan seperti yang dipikirkan," kenang Tuti.
Keahlian Tuti mengurut diturunkan dari orang tuanya. Saat berusia 9 tahun, Tuti terjatuh hingga keseleo, lalu diurut bapaknya. Dari situ, Bapaknya mengatakan kalau akan menurunkan keahlian mengurutnya pada Tuti.
Sejak ditinggal suaminya, Tuti memanfaatkan keahliannya dengan membuka praktik tukang urut bayi, anak kecil sampai orang dewasa. Selain itu, dia juga berjualan kacang yang dibungkus dan dijual di sekolah anaknya.
"Anak-anak saya ajarkan hidup prihatin dan bersyukur,” ujar Tuti mengenang perjuangannya.
Selain menjadi tukang urut, ia mengaku berjualan kecil-kecilan untuk menambah penghasilan. Tuti beserta rombongan kloternya akan kembali ke Tanah Air 19 September mendatang.
Advertisement