Sukses

Buya Syafii: Kebangkitan Komunisme itu Mimpi di Siang Bolong

Terkait seminar tentang pelurusan sejarah 1965 yang digelar di LBH Jakarta, Syafii Maarif menilai hal itu tidak masalah.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif, menilai, isu kebangkitan komunisme di Indonesia sengaja dibuat. Sebab, dia melihat, paham itu sudah lama ditinggalkan masyarakat dunia.

"Komunisme di Indonesia apa itu bukan mimpi di siang bolong? Saya tidak begitu percaya," ujar Syafii Maarif usai menerima kunjungan Divisi Humas Polri di Yogyakarta, Senin (18/9/2017).

Ia menyebutkan, paham komunis di Rusia tinggal 13 persen, di Tiongkok pun sudah berganti menjadi negara kapitalis. Sementara di Korea Utara pun memakai komunisme sebagai pakaian untuk menegakkan kediktatoran.

Menurut Syafii Maarif, PKI pernah kuat pada 1950 sampai 1960-an karena ketika itu Rusia masih kuat.

Terkait seminar tentang pelurusan sejarah 1965 yang digelar di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Syafii mengatakan hal itu tidak masalah dan baik-baik saja.

Ia tidak menampik adanya kemungkinan masih ada sisa ideologi komunis, tetapi tidak mungkin kembali bangkit. Ia justru mempertanyakan ketika kegiatan itu dibubarkan oleh massa.

"Siapa massa itu? Massa umumnya kelompok radikal, mereka menganggap polisi swasta dan itu yang harus diantisipasi aparat," ucap pria yang akrab dipanggil buya ini.

 

Saksikan video di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tak Ada Kegiatan PKI

Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis memastikan tidak ada kegiatan berbau Partai Komunisme Indonesia (PKI) di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta pada Minggu, 17 September 2017.

"Tidak ada kegiatan seminar tentang PKI. Seperti yang disampaikan oleh kelompok massa ini," tegas Idham di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (18/9/2017).

Isu yang beredar di media sosial tentang adanya kegiatan PKI juga dibantah oleh mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri ini. Begitupun, tudingan lain dari massa yang berunjuk rasa di depan kantor YLBHI.