Liputan6.com, Jakarta Indonesia memang salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Tapi, penyebaran penduduknya tidak merata karena penduduk lebih banyak terkonsentrasi di Jawa dan kota besar saja. Masih banyak tempat yang jumlah penduduknya sedikit dengan wilayah yang sangat luas.
Dengan model seperti itu, maka mau tak mau yang terjadi adalah banyak urbanisasi yakni penduduk desa menyerbu kota sehingga kota semakin padat. Contoh gampangnya Jakarta, bagaimana menjadi magnet bagi jutaan orang di seluruh Indonesia untuk ikut menikmati gelimang ekonomi di ibukota negara tersebut. Imbasnya tentu wilayah makin padat, kemacetan terjadi dimana-mana, hingga masalah sosial dan keamanan lainnya.
Salah satu cara untuk mengurangi beban kota besar adalah ‘menarik’ penduduk kota untuk tinggal di kota lain terutama kota mandiri yang disiapkan dengan fasilitas menawan. Sehingga mobilitas penduduk pun tidak terus selalu ke kota besar karena semua hal sudah dapat terpenuhi dari kota mandiri baru itu. Seperti dikenalkan Lippo Group yang mengenalkan Meikarta di Cikarang. Kota terpadu berskala internasional dengan investasi Rp 278 triliun dan diklaim akan menjadi kota modern terindah dan terlengkap di Asia Tenggara.
Advertisement
Ini adalah inisiatif besar dari Lippo membangun kota Jakarta baru yang punya desain, infrastruktur berskala internasional dan bisa bersaing di dunia. Mega proyek Meikarta membawa konsep berbeda dibanding Lippo Karawaci maupun Lippo Cikarang, dan lainnya. Proyek ini dirancang dengan konsep hijau. Dengan mengambil konsep tata kota New York, yang terkenal dengan dua sistem, yakni grid system dan Central Park.
Sistem grid memungkinkan apartemen dibuat berdasarkan blok sehingga memudahkan orang melakukan mobilitas. Sementara Central Park adalah taman kota yang menjadi ikon New York yang juga diambil menjadi nama ruang terbuka hijau Meikarta. Lippo Group membangun kota baru itu utamanya untuk pasar kelas menengah. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 127 juta per unit apartemen.
Tujuan pembangunan kota Meikarta adalah mengurangi kepadatan Jakarta. Ibu kota Indonesia ini sudah sangat padat dan terbebani cukup besar oleh berbagai masalah. Khususnya, kemacetan di hampir semua ruas jalan. Waktu tempuh bagi para pekerja agar bisa sampai kantor dinilai sudah tidak masuk akal. Setidaknya, pekerja mesti menghabiskan empat jam di jalan untuk bisa mencapai kantor dan pulang kembali ke rumah.
Dengan kota baru Meikarta, penduduk Jakarta yang sudah lelah menghadapi berbagai masalah keseharian, bisa memilih tinggal di sana dengan suasana yang berbeda. Bisa menikmati jalur angkutan terpadu menggunakan monorel, hingga menikmati Central Park seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini, jogging track,shelter dan beberapa satwa lepas bebas.
Lippo Group tak sekadar meniru nama Central Park, tapi juga memberi nilai filosofi dan konsep yang serupa seperti New York. Central Park menjadi tempat rehat menyenangkan bagi warga kota.
(Adv)