Sukses

Menguak Ajal Hilarius di Arena Duel

Hilarius tewas setelah terlibat tradisi duel di kalangan anak SMA. Peristiwa setahun lalu itu diusut kembali.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar yang dinanti Maria Agnes akhirnya tiba. Kasus kematian anaknya, Hilarius Christian Event Raharjo, mulai menemukan titik terang.

Polisi akhirnya menetapkan tersangka pelaku yang diduga bertanggung jawab atas peristiwa itu. Kasubag Humas Polresta Bogor Kota AKP Syarif Hidayat menuturkan ada beberapa tersangka.

"Kalau penetapan tersangka sudah ada lebih dari satu orang," kata Kasubag Humas Polresta Bogor Kota AKP Syarif Hidayat, saat dikonfirmasi, Rabu, 20 September 2017.

Hilarius tewas Januari tahun lalu. Ia dipaksa berduel di Taman Palupuh, Kota Bogor, atas nama tradisi bom-boman.

Pertarungan ala gladiator atau bom-boman antara siswa sekolah ini sebuah kebiasaan turun-temurun menghadapi helatan besar, kompetisi liga bola basket antar-pelajar.

Kasus itu kembali muncul setelah Maria Agnes mengunggah kasus kematian anaknya melalui akun Facebook, yang ditujukan kepada Presiden Jokowi.

Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi memiliki bukti kuat dari hasil autopsi sementara jenazah korban. Sebelumnya, 17 saksi juga sudah diperiksa.

Mereka adalah teman korban, pihak sekolah, termasuk dokter yang menangani Hilarius. Meski berhasil mengidentifikasi tersangka, polisi belum melakukan penahanan.

"Karena masih dicari keberadaannya," kata AKP Syarif Hidayat.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Ulung Sampurna, meminta terduga pelaku kooperatif.

"Untuk pelaku kami imbau kooperatif, kalau bisa mendatangi kami daripada kami yang mencarinya," Ulung mengultimatum.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Dikuak Lewat Autopsi

Upaya menguak kematian Hilarius tidak mudah. Polisi membongkar lagi makamnya, Selasa, 19 September 2017 lalu.

Tim forensik Disaster Victim Identification (DVI) dan Bid Dokkes Polda Jabar, dibantu dokter Rumah Sakit Bhayangkara, melakukan autopsi jenazah Hilarius.

Proses autopsi dilakukan di tenda, tak jauh dari makam korban kekerasan pelajar SMA mulai pukul 08.00 WIB, serta disaksikan keluarga Hilarius.

Meski lebih dari setahun dimakamkan, pembusukan jenazah Hilarius terhambat. Hal ini sangat membantu tim autopsi.

"Ada beberapa tubuh yang masih bagus. Ini sangat membantu kami," ucap Spesialis Forensik Polda Jabar Kompol Dr M. Ihsan Wahyudi usai autopsi korban di TPU Perumda, Kota Bogor, Selasa (19/9/2017).

Hasilnya, polisi menemukan tanda-tanda kekerasan dari tubuh Hilarius.

"Ada beberapa kelainan di organ dalam tubuh korban," papar Ihsan.

Namun ia enggan membeberkan temuan itu lebih rinci.

"Enggak bisa disebutkan. Nanti saja oleh penyidik," lanjut dia.

Kesimpulan sementara menunjukan korban meninggal akibat kekerasan. Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Choirudin menjelaskan hasil autopsi akan dijadikan bukti untuk menjerat pelaku.

Pada saat kematian Hilarius, keluarga menolak dilakukan autopsi. Kasus itu pun diselesaikan secara kekeluargaan.

Karena itu pula, autopsi baru bisa dilakukan sekarang. Polisi menyatakan kini keluarga sudah memberikan izin.

Proses autopsi hari Selasa itu sendiri baru selesai tengah hari.

3 dari 3 halaman

Ganjaran Setimpal

Maria Agnes tidak bisa lagi memendam marah. Ia banyak mendengar orang-orang menyebut kematian Hilarius disebabkan penyakit jantung.

Atas dorongan itu, Maria kemudian mem-posting kasus kematian anaknya melalui sebuah akun Facebook dan ditujukan kepada Presiden Jokowi.

"Kematian anak saya bukan karena sakit, tapi disiksa, dipukuli, ditendang sampai mati," kata Maria.

Anak pasangan Maria Agnes dengan Raharjo ini tewas setelah bertarungan satu lawan satu dengan pelajar sekolah lain. Peristiwa itu disaksikan oleh puluhan pelajar lainnya di Lapangan Palupuh, belakang SMAN 7 Kota Bogor.

Para pelaku pembunuhan anaknya hanya diganjar drop out (DO) dari sekolah.

"Saya hanya bisa menyembunyikan kesedihan dan rasa marah," kata Maria Agnes, orangtua Hilarius, Jumat, 16 September 2017 lalu.

Menurut dia, para pelaku belum mendapat hukuman yang setimpal.

"Mengapa baru sekarang saya ungkap lagi, karena saya ingin para pelaku mendapat hukuman setimpal," kata Maria.

Satu setengah tahun lebih memendam marah, ibunda Hilarius itu kini mulai bisa sedikit bernapas lega.