Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2017 pada 23-25 November di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, mengatakan, pelaksanaan Munas di Lombok ini mengulang kembali saat perhelatan 1997 yang dipimpin Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kala itu, kata dia, PBNU menghasilkan kesepakatan memperbolehkan perempuan jadi pemimpin.
"Ini mengulang dulu saat dipimpin Gus Dur, sukses dan berhasil dan memperbolehkan perempuan jadi pemimpin atau presiden. Bu Mega saat itu lagi naik daun," ucap Said di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat 22 September 2017 malam.
Advertisement
Said menjelaskan Munas yang akan diselenggarakan pada 23-25 November 2017 tersebut mengambil tema "Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deredikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga."
Tema tersebut diangkat terkait berbagai bentuk radikalisme yang mengancam Indonesia dan daya beli yang menurun.
"Kita membutuhkan sikap yang jelas dan tegas, sebab peradaban budaya yang tidak karuan," papar dia.
Sedangkan Rais Aam PBNU KH Maruf Amin mengatakan menjelang 100 tahun pertama, NU mempunyai tiga tanggung jawab kepada bangsa yakni mengenai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Kata dia, ketiganya harus saling bersinergi tanpa ada benturan. Namun jika terdapat benturan hal itu diakibatkan terdapat kesalahan dari salah satunya.
"Kalau ada benturan itu ada kesalahan. Bisa kesalahan di keislaman, kesalahan di kebangsaan, ataupun kesalahan di kemanusiaan," jelas Maruf.
Saksikan video pilihan di bawah ini: