Sukses


Kemah Sosialisasi Empar Pilar: Tantangan ke Depan Semakin Berat

Kedua narasumber membahas materi “Pancasila dan Hakikat Kedaulatan Negara” dalam sebuah forum diskusi.

Liputan6.com, Jakarta Para anggota pramuka Penegak yang menjadi peserta Kemah Sosialisasi Empat Pilar MPR di Balemong Resort Ungaran, Jawa Tengah, Jumat malam (22/9/2017), mengikuti sesi 1 pemaparan materi dengan menampil kan dua narasumber, yaitu: Adrianus Garu dan Tugiyana, S.IP. Adrianus Garu adalah anggota MPR RI dari Kelompok DPD yang juga anggota Badan Sosialisasi MPR. Sedangkan Tugiyana, Kepala Biro Persidangan dan Sosialisasi Setjen MPR dan juga ketua pelaksana Kemah Sosialiasi Empat Pilar MPR ini.

Kedua narasumber membahas materi “Pancasila dan Hakikat Kedaulatan Negara” dalam sebuah forum diskusi yang berlangsung di Ruang Ramayana Balemong Resort. Kedua pembicara mengingatkan bahwa tantangan ke depan akan lebih berat, tapi juga terbuka adanya peluang. “Menghadapi era globalisasi ini Anda sebagai generasi muda harus optimistis dalam menyongsong masa depan,” ujar Adrianus Garu. Selain ini, generasi muda juga harus punya cita-cita dan dituntut punya kreatifitas.

Sejumlah pertanyaan kritis muncul dari para peserta tentang prilaku tak sesuai Pancasila. Salah satu contoh dikemukakan oleh seorang peserta yang pernah membaca berita tentang penggusuran di lakukan pemerintah di sebuah daerah di Sumatera. Tanaman yang tinggal menunggu panen di hancurnya, dan pemiliknya sampai menangis. Apakah sesuai Pancasila? Menjawab pertanyaan itu, Adrianus menyatakan, kalau kasus itu sudah melalui proses pengadilan dan sudah inkrah maka itu lain persoalannya, tapi kalau belum inkrah maka itu jelas tak sesuai Pancasila.

Sementara Tugiyana menyatakan, di dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 kata Pancasila tidak secara eksplisit disebut, tapi sila-sila Pancasila ada di Pembukaan UUD. Sila kelima, yakni Keadlian Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah cita-cita kita semua. Tapi, untuk mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia adalah perjuangan dari generasi ke generasi. Begitu juga standar untuk mewujudkan kesejahteraan, menurut Tugiyana, juga tidak ringan, juga butuh perjuangan dari generasi ke generasi.

Ke depan, menurut Tugiyana, tantangan akan semakin lebih berat lagi. Jumlah penduduk semakin bertambah, dan kebutuhan pun semakin berbeda. Jadi, “Tantangan ke depan akan lebih berat dari hari ini, dan hari ini lebih berat dari kemarin,” ungkap Tugiyana. Oleh karena itu, para peserta sosialisasi sebagai generasi muda harus mempersiapkan diri. “Kalau Anda nanti menjadi pemimpin harus memikirkan masyarakat luas,” ujar Tugiyana kepada peserta.


(*)