Sukses

Melongok Permukiman Warga Kaki Gunung Agung yang Mirip Desa Mati

Berdasarkan pantauan Selasa petang, sudah tidak banyak warga yang terlihat, khususnya di lokasi yang semakin dekat dengan puncak gunung.

Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung di Bali kini dalam status Awas alias siap meletus kapan saja. Puluhan ribu warga telah meninggalkan kediaman serta desa mereka. Kini kondisi desa mereka pun layaknya kota mati. Salah satunya adalah desa yang berada di sekitaran Pura Kayangan, Karangasem, Bali.

Liputan6.com mencoba menelusuri daerah tersebut yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari puncak Gunung Agung.

Berdasarkan pantauan, Selasa (26/9/2017) petang, sudah tidak banyak warga yang terlihat, khususnya di lokasi yang semakin dekat dengan puncak gunung. Sepanjang perjalanan, jalur beraspal penuh dengan daun kering yang sesekali tersapu angin.

Meski sepi, ada pula warga yang masih membawa sisa pakan ternak menuruni gunung. Sementara di sejumlah titik, warga lainnya bertugas membantu penjagaan dan memberi arahan agar tidak ada wisatawan atau penduduk luar daerah yang sembarangan menaiki kawasan zona merah tersebut.

Kondisi sepi desa lebih banyak diwarnai dengan lolongan anjing. Jika ada orang tidak dikenal mendekati sebuah rumah atau lokasi peribadatan, anjing tersebut akan menggeram seakan telah diperintah menjaga tempat itu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengimbau bahwa jarak radius berbahaya letusan Gunung Agung mencapai 9 hingga 12 kilometer dari puncak gunung. Jika memasuki lokasi lebih dalam, maka akan dengan mudah melihat sejumlah titik yang menjadi jalur lahar dari letusan Gunung Agung yang terbentuk sejak 1963 silam.

Warga sekitar telah memanfaatkan bebatuan yang disemburkan Gunung Agung menjadi tambang pembuatan bahan pembangun pura dan candi. Namun saat ini, baik lokasi industri dan tempat tinggal di desa rawan letusan itu sementara ditinggalkan menunggu erupsi.

2 dari 2 halaman

Aktivitas Makin Meningkat

Aktivitas vulkanik Gunung Agung makin meningkat. Pergerakan magma ke permukaan juga makin meningkat yang mengindikasikan magma terus bergerak ke permukaan. Indikasi ini terlihat dari meningkatnya frekuensi gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal dan gempa tektonik lokal.

"Berdasarkan pantauan Pos Pengamatan Gunung Agung PVMBG, jumlah gempa vulkanik dalam 564 kali, gempa vulkanik dangkal 547 kali dan gempa tektonik lokal 89 kali pada Senin 25 September 2017. Jumlah kejadian gempa ini lebih besar daripada sebelumnya," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Selasa (26/9/2017).

Gunung Agung saat ini memasuki fase kritis. Meski sudah dinyatakan status Awas (level IV) sejak 22 September 2017, bukan jaminan akan pasti meletus. Tergantung pada kekuatan dorongan magma.

"Jika kekuatan dorongan besar dan mampu menjebol sumbat lava maka akan terjadi letusan. Peluang terjadi letusan cukup besar. Namun tidak dapat dipastikam kapan meletus. Sampai saat ini Gunung Agung belum meletus," kata dia.

Radius berbahaya tetap berada pada 9 km dan tambahan 12 km di sektor utara-timur laut dan 12 km di sektor tenggara-selatan-barat daya. Zona tersebut harus dikosongkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: