Sukses

Pengungsi Gunung Agung 'Serbu' Mobil Baca di Klungkung

Menurut Oka, ada tiga hingga empat orang yang bertugas melayani pengunjung perpustakaan keliling di pengungsian Gunung Agung.

Liputan6.com, Klungkung - Berbagai bentuk kepedulian kepada para pengungsi terdampak Gunung Agung, Bali, banyak dicurahkan, baik dari pemerintah daerah maupun relawan. Di antaranya peyediaan mobil baca alias perpustakaan keliling yang banyak diminati warga.

Pantauan Liputan6.com, Sabtu, 30 September 2017, mulai pukul 16.00 Wita, para anak hingga orangtua bergegas mendatangi mobil yang dimodifikasi layaknya lemari buku itu.

Staf Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Klungkung Sang Ketut Oka mengatakan, antusisme korban terdampak Gunung Agung sangat tinggi soal membaca. Mobil baca yang disediakan Pemerintah Daerah Klungkung tidak pernah sepi.

"Kalau untuk di sini kita baru mulai dari Senin 25 September kemarin. Tapi kalau untuk sehari-harinya, kita keliling ke daerah-daerah tertentu, seperti lapangan dan lainnya," tutur Oka kepada Liputan6.com di GOR Swecapura, Klungkung, Bali.

Menurut Oka, ada tiga hingga empat orang yang bertugas melayani pengunjung perpustakaan keliling. Buku yang disediakan juga beragam. Meski dominan diperuntukkan pada anak-anak, kalangan orangtua juga bisa menikmati buku bacaan yang tersedia.

"Kalau di sini umum, ya. Maksudnya buku anak-anak ada, novel untuk remaja, yang orangtua buku agama. Tapi untuk kebanyakan sekitar 75 persen anak-anak," kata dia.

Buku yang tersedia pun mencapai 500 unit. Dibuka mulai pukul 16.00 hingga 19.00 Wita, rata-rata per hari ada 100 orang yang berkunjung dan menikmati bacaan di perpustakaan keliling itu.

"Tapi kalau ada anak yang masih membaca kita ladeni. Dan kemarin sekitar jam 21.00 Wita kita baru tutup," ujar Oka.

Seorang peminat baca, I Gede Bayu Prayana mengaku gemar membaca. Mengetahui keberadaan mobil baca, dia lantas bergegas bersama temannya memilih buku yang menarik.

"Baca buku planet yang tergoyah. Supaya tahu bagaimana terjadinya gunung api bisa meletus. Aku bacanya yang magma. Kalau magma sudah kering itu jadinya batu. Terus tadi ada orang yang beku terjebak di magma," ujar Bayu.

Bocah 11 tahun yang masih duduk di bangku SMP itu mengaku bakal mengunjungi mobil baca setiap hari untuk memperluas wawasan. Tentunya, disesuaikan dengan rutinitas aktivitas sekolah.

"Tapi Senin enggak bisa, soalnya Bayu masuk siang (sekolah)," tutup pengungsi Gunung Agung itu.

Sasksikan video pilihan berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Pengungsi Membeludak

Jumlah pengungsi Gunung Agung yang kini berstatus Awas membeludak, hingga mencapai 134.229 jiwa. Polisi mengimbau warga yang memang tidak terdampak atau hanya berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) satu, untuk kembali ke rumah.

Kabag Ops Polres Karangasem Kompol Heri Supriawan mengatakan, seharusnya hanya sekitar 67 ribu warga yang mengungsi, sesuai jumlah penduduk di KRB dua dan tiga.

"Untuk itu, kita membentuk tim gabungan seluruh instansi untuk memberikan sosialisasi kembali kepada masyarakat di penampungan, pengungsian. Sehingga mereka paham siapa yang harus mengungsi dan siapa yang harusnya tidak mengungsi," tutur Heri kepada Liputan6.com di Pos Pengamatan Gunung Agungg, Rendang, Karangasem, Bali, Jumat, 29 September 2017.

Menurut Heri, KRB satu memang masuk dalam zona kuning terdampak Gunung Agung. Namun, mereka masih aman dan memungkinkan menghindar lebih cepat jika muncul keadaan terburuk sekalipun.