Liputan6.com, Jakarta - Sejak 2009, setiap tanggal 2 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Batik Nasional, seiring ditetapkannya batik sebagai warisan kemanusiaan oleh UNESCO. Namun bagaimana sejatinya perkembangan batik di Nusantara?
Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Senin (2/10/2017), batik di ambil dari kata "amba titik", yang dalam bahasa Jawa artinya 'menulis titik', dengan tujuan menghias kain.
Baca Juga
Pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram lalu berlanjut pada Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai batik Solo dan batik Yogya. Seni batik meluas diakhir abad 18 dan sepanjang abad 19. Hingga awal abad ke-20, masyarakat Jawa hanya mengenal batik tulis.
Advertisement
Awalnya, kegiatan membatik hanya terbatas dalam keraton saja, untuk pakaian raja dan keluarga pemerintah serta para pembesar. Sebut saja keluarga Sri Sultan Pakubuwono X dan pasangan Raden Ajeng Kartini beserta suaminya Raden Adipati Joyoadiningrat. Lama-kelamaan, seni batik ditiru oleh rakyat jelata dan meluas hingga menjadi pekerjaan ibu rumah tangga.
Bahan-bahan pewarnanya pun masih alami, yakni pohon mengkudu tinggi, soga, hingga soda abu dan serat kayu.
Perkembangan batik dari masa ke masa bisa kita amati di Museum Tekstil yang berada di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sini, koleksi batik tempo dulu serta perkembangan motifnya ditampilkan dalam pameran hari batik tahun ini. Desain batik kian menarik dan menjadi pilihan berbagai kalangan.
Kini, di era milenial desain batik semakin kekinian. Tak hanya motif, perpaduannya dengan kebaya yang kerap ditampilkan dalam beragam peragaan busana batik. Tiada lagi kesan kuno, menggunakan batik dengan desain yang menarik justru menjadi pilihan tak hanya orang-orang Indonesia, tapi juga selebriti Hollywood. Sebut saja Jessica Alba, Julia Roberts, Jackie Chen, istri pangeran Inggris, Kate Middleton, juga Barack Obama dan Nelson Mandela.