Sukses

Mahalnya Ongkos Transportasi Setelah Status Awas Gunung Agung

Salah satu pengemudi taksi I Gede Astawa (35) menyampaikan, kenaikan itu lantaran status Gunung Agung yang masuk dalam fase kritis.

Liputan6.com, Denpasar - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan status awas terhadap Gunung Agung di Bali per 22 September 2017 lalu. Sejak saat itu, pengelola transportasi lokal mematok harga lebih mahal untuk tujuan sekitar Gunung Agung.

Salah satu pengemudi taksi I Gede Astawa (35) menyampaikan, kenaikan itu lantaran status Gunung Agung yang masuk dalam fase kritis.

"Juga jauh sekali," tutur Astawa saat berbincang dengan Liputan6.com di kawasan Kuta, Bali, Rabu (4/10/2017).

Pertimbangan jarak dan faktor keamanan menjadi alasan utama kenaikan tarif taksi. Sebagai ilustrasi, harga normal dari Kuta ke wilayah Gunung Agung dipatok Rp 400 hingga Rp 500 ribu.

"Sekarang Rp 600 ribu, Rp 700 ribu baru mau antar," jelas Astawa.

Jasa transportasi kendaraan roda empat via aplikasi online pun naik. Liputan6.com mencoba memesan tujuan menuju Candidase, Karangasem. Letaknya sekitar 25 kilometer dari Gunung Agung.

Dari titik awal sekitaran Pantai Kuta, empat kali pesanan pertama ditolak. Pada orderan ke lima, pengemudi berinsial KB mencoba tawar menawar harga melalui pesan singkat.

"500 ribu," kata KB.

Sementara tarif yang tertera dalam aplikasi hanya Rp 221 ribu. Penawaran dinaikkan dengan harga Rp 300 ribu. Namun tetap ditolak dengan alasan keamanan lokasi.

"Mas di situ kan lagi bahaya. Cancel saja kalau tidak mau," beber KB.

Sejumlah pemesanan transportasi online juga melakukan tawar menawar harga. Mereka kompak mematok harga Rp 500 ribu untuk tujuan kawasan Karangasem.

 

2 dari 2 halaman

Rental Mobil Tetap

Meski demikian, jasa rental mobil tetap dengan tarif normal. Harga yang dipatok tidak terpengaruh kondisi Gunung Agung. Para pengemudi tidak keberatan meski harus mengantar hingga radius jarak 3 kilometer dari puncak gunung.

Salah satu pengemudi I Wayan Kompyang (33) menjelaskan, tarif rental mobil masih normal yakni Rp 400 hingga 700 ribu per hari, tergantung mobil yang digunakan.

"Nggak (naik). Ya kita beda. Mana saja siap antar," ujar Kompyang.

Kompyang tidak menampik tetap ada kekhawatiran. Sepanjang jalan dia selalu berdoa dan memberikan sesaji ke pura yang disinggahi, yang sudah ditinggalkan penduduk.

"Siap mati sajalah," kata Kompyang disambung tawa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini