Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 280 pucuk senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) 40x46 atau senjata pelontar granat milik Brimob Polri, yang tertahan di kargo Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), akan segera dikeluarkan. Hal ini sesuai keputusan rapat koordiniasi selama satu jam di Kantor Menko Polhukam yang dihadiri Panglima TNI, Kapolri, Kepala BIN, Menteri Pertahanan, Kepala Pindad, dan Dirjen Bea Cukai.
Seperti ditayangkan Liputan6 Malam SCTV, Sabtu (7/10, 2017), rapat koordinasi di kantor Menko Polhukam juga memutuskan akan meninjau ulang sejumlah regulasi pengadaan senjata. Sehingga nantinya akan disederhanakan atau menjadi satu aturan saja.
"Akan segera dikeluarkan rekomendasi dari Panglima TNI, dengan catatan, amunisi tajamnya dititipkan ke Mabes TNI. Amunisi ada tiga macam. Ada smoke asap, ada gas air mata, ada yang tajam," papar Wiranto.
Advertisement
Meski demikian, satu dari tiga jenis amunisi yang disertakan dalam impor senjata tersebut yaitu gas air mata bisa turut diambil. Sedangkan amunisi tajam akan dititipkan ke Mabes TNI.
Impor senjata jenis pelontar granat SAGL 40x46 oleh Brimob sempat tertahan di kargo Bandara Soetta. Meski telah tiga kali mendatangkan senjata jenis ini, sempat muncul polemik terkait impor senjata SAGL 40x46 oleh Brimob Polri.
Beberapa waktu lalu Kakor Brimob Polri Irjen Murad Ismail menuturkan, senjata-senjata tersebut telah dipergunakan untuk operasi di Poso dan Papua.