Liputan6.com, Karangasem - ‎Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika, menjelaskan ada tiga tipe erupsi dari gunung api, termasuk Gunung Agung. ‎Dia mengatakan tak ada yang khusus dari Gunung Agung.
Semua gunung api pasti melewati tahapan erupsi preatik, preato-magmatis dan magmatis.
"Yang kita pantau di sini selama sisi krisis ini, adalah magmatisnya. Magmatis itu, karena kegempaannya cukup tinggi, maka kita memodelkannya bahwa letusan itu nanti sekaligus magmatis," kata Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (9/10/2017).
Advertisement
Sementara, erupsi jenis preatik terjadi jika terdapat unsur air di bawah kawah. Maka, lanjut dia, diprediksi letusannya tak terlalu besar.
Saat ini Gunung Agung mulai dimasuki air hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.‎ "Kalau preatik, ada air di bawah kawah, itu mungkin intensitas letusannya tidak sebesar yang kita estimasi ya," tutur Gede Suantika. Hanya saja, preatik merupakan erupsi pendahuluan sebelum memasuki tahap erupsi preato-magmatis dan magmatis.
Urutannya, kata dia, Gunung Agung akan mengalami preatik, preato-magmatis kemudian magmatis.
"Preatik itu pembuka saja. Kalau letusan itu kan yang besar-besar saja. Ada deret waktunya. Yang semalam itu belum letusan preatik (asap putih membumbung setinggi 1,5 kilometer dari kawah Gunung Agung). Itu aktivitas sulfatara," ucap Gede Suantika.
Nantinya, kata dia, PVMBG akan menyatakan Gunung Agung erupsi jika terdapat material abu berhamburan ‎yang dimuntahkan gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.
"Kita nyatakan erupsi kalau sudah ada meterial abu yang sudah berhamburan ke udara. Kemarin itu masih dominan uap air. 99 persen uap air," kata Gede Suantika.
Asap Putih Gunung Agung
Asap dari kawah Gunung Agung terpantau semakin tinggi, pada Sabtu malam, 7 Oktober 2017. Ketinggian asap putih yang mengindikasikan pergerakan gas magmatik di perut Gunung Agung terpantau setinggi 1,5 kilometer.
Namun, ketinggian asap putih itu membuat senang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil‎‎ menjelaskan, asap putih itu sebagai manifestasi pelepasan energi dari perut gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
"Asap putih itu indikasi pelepasan energi," ucap Devy‎ di Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (8/10/2017).
Devy mengaku senang gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu melepaskan energinya. Bila energi di perut Gunung Agung tak keluar, maka bisa semakin terakumulasi.
"Bagus malah, daripada energinya enggak pernah dikeluarkan, bisa terakumulasi," tutur dia.
Devy mengakui, jika asap putih yang semakin meninggi, itu menandakan aktivitas di dalam perut Gunung Agung itu makin meninggi. Gas magmatik terus bergerak dan pemanasan air di dalam perut gunung itu makin menjadi.
"Makin memanaskan, ya. Untuk energi memang masih tinggi dan terus mendesak. Gas magmatik terus bergerak juga, terjadi pemanasan air di dalam Gunung Agung," ujarnya.
Hanya saja, menurut Devy Kamil, kini ketinggian asap Gunung Agung kembali menurun. Pantauan pada Minggu pagi tadi, asap putih hanya setinggi‎ 50 meter.‎
Saksikan video di bawah ini:
Advertisement