Sukses

Kisah Museum Ismail Marzuki yang 32 Tahun Tak Terealisasi

Benda peninggalan Ismail Marzuki diminta pengelola TIM untuk dijadikan museum pada 1985.

Liputan6.com, Jakarta - Anak komponis sekaligus pahlawan nasional Ismail Marzuki, Rachmi Aziah, 69 tahun, kecewa dengan penanganan barang peninggalan ayahnya oleh Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (UP PKJ TIM).

Pengelola TIM meminta barang-barang peninggalan Ismail Marzuki pada 1985. Rachmi mengingat Direkturnya waktu itu adalah Soeparmo.

"Katanya kan dia mau bikin museum kecil Ismail Marzuki. Nyatanya sampai sekarang enggak ada," ia mengeluh ketika ditemui di kediamannya di Sawangan, Depok, Selasa (10/10/2017).

Ismail Marzuki merupakan komponis yang menciptakan 200 lagu, di antaranya bernuansa perjuangan. Pada 2004, ia ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Namanya juga di abadikan sebagai Pusat Kesenian Jakarta sejak 1967.

Rachmi mengatakan ada banyak memorabilia Ismail Marzuki yang ada di tangan UP PKJ TIM. Benda-benda itu antara lain, sebuah biola, dua akordeon, jam dinding, foto-foto, lukisan.

"Ada satu koper partitur lagu punya Bapak (Ismail Marzuki) yang saya kasih," kenang Rachmi.

Pihak Keluarga tidak mengetahui di mana lokasi barang-barang itu saat ini. Rachmi berharap dengan benda-benda itu bisa dinikmati publik lewat museum Ismail Marzuki. Namun, sampai saat ini janji itu tidak terealisasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Patung Dipindah

Sebelumnya, Rachmi kecewa dengan pemindahan patungIsmail Marzuki dari halaman depan TIM sejak beberapa hari lalu. Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ) TIM, tidak memberi kabar soal perpindahan itu.

"Kok kita dari pihak keluarga enggak dikasih tahu. Memang (TIM) itu bukan lahan kita. Tapi setidaknya ada komunikasi dengan keluarga," kata dia ketika ditemui di kediamannya di Sawangan, Depok, Selasa (10/10/2017).

Patung itu, menurut Rachmi, dipasang tahun 1985. Taman Ismail Marzuki sendiri berdiri sejak 1967. Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, yang memprakarsai TIM sebagai pusat kebudayaan Jakarta.

"Asalnya kan pertamanya di situ, Pak Ali Sadikin kan maunya meletakan (patung) di situ. Kenapa dipindahin?" ia melanjutkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: