Liputan6.com, Jakarta Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan International Indonesia (FKHMII) Koordinasi Wilayah II menggelar kompetisi debat ilmiah yang dilaksanakan di Universitas Paramadina, Jakarta, pada 26 – 27 September 2017. Di kompetisi yang menggunakan sistem debat Parlemen Inggris (British Parliamentary system) ini mahasiswa President University berhasil menjadi Juara 1, unggul dari Universitas Bina Nusantara sebagai Juara 2 dan Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) sebagai Juara 3.
Jurusan Hubungan Internasional President University menurunkan para jagoan debatnya, yaitu Muhammad Ilham Razak angkatan 2016 dan Dimas Rahmat Ilahi angkatan 2015. Dalam ajang yang bertemakan “Pemuda Kreatif Beretorika Sebagai Pejuang Diplomasi Indonesia” tersebut isu-isu internasional yang diangkat meliputi lingkungan, kemanusiaan, kaum minoritas, dan keamananan.
Baca Juga
Dari kompetisi debat tersebut diharapkan para peserta memberikan kontribusi dan kesadaran bahwa sebagai pejuang pemuda, mahasiswa Hubungan Internasional harus bisa mengutarakan argumen yang logis, lugas, dan tentunya bisa diterima oleh lawan bicaranya. Di samping itu, beretorika menjadi kebutuhan utama ketika para pejuang diplomasi muda ini memegang tanggung jawab untuk menjadi diplomat Indonesia ke depannya.
Advertisement
Pada hari pertama, berlangsung debat babak penyisihan sebanyak enam sesi guna memperoleh delapan tim terbaik yang akan melaju pada babak semi final. Setelah seluruh sesi babak penyisihan yang cukup sengit selesai dilaksanakan, delapan tim yang berhasil lolos ke babak semi final adalah Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bina Nusantara, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Paramadina (A), Universitas Paramadina (C), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Universitas Prof. DR. Moestopo (B), dan President University.
Pada hari kedua, memasuki babak semi final, kompetisi debat ilmiah mengangkat isu “War Zone” atau isu keamanan. President University berhasil lolos ke grand final dan akhinya juara setelah beradu argumen serta pemikiran mengenai persoalan etnis minoritas Rohingya di Myanmar. Saat perdebatan pada babak grand final, semua tim mengutarakan berbagai argumen yang membuat dewan juri harus berpikir keras dalam menentukan siapa yang akan keluar menjadi juara dalam kompetisi debat ilmiah FKMHII Korwil II 2017.
M Ilham menyampaikan kunci mereka bisa juara. “Dalam menghadapi debat ini kami melakukan persiapan intensif satu minggu sebelumnya. Berlatih setiap hari yang dibantu oleh komunitas debat di President University. Kami mengucapkan terima kasih kepada President University Major Association of International Relations (PUMA IR) yang sangat membantu dengan memberikan fasilitas transportasi dan dukungan moral,” ungkap mahasiswa kelahiran Makassar ini.
Sementara itu Dimas menambahkan, faktor yang membuatmereka berdua bisa juara adalah sistem yang sudah diterapkan di President University. “Kami diajarkan kritis dan aktif secara mental dan terbiasa dengan adu argumen. Selain itu, dukungan penuh dari klub-klub di President University yang membantu kami berkembang, turut menjadi faktor penting mengapa mahasiswa President University punya mental juara. Belum lagi dengan standar internasional yang diterapkan agar terbiasa dengan hal-hal yang kompetitif,” ungkap Dimas yang saat ini aktif di PUMA IR sebagai Divisi Akademik.(*)